Apa hubungannya kue kismis dengan amarah maupun rasa cemburu? Kita tahu, kismis ialah anggur yang dikeringkan serta dapat dimakan langsung ataupun digunakan untuk masakan. Mungkin kita pun gemar memakan kue kismis tersebut.
Namun, di ayat bacaan kita hari ini, Allah menegur Israel lewat hamba-Nya, Hosea, bahwa mereka telah berzina dengan menyembah berhala, memberi mereka persembahan berupa kue-kue manis tersebut, bahkan juga mungkin ikut memakannya.
Hosea 3 : 1, "Diterima kembali, tetapi dianggap sepi—Berfirmanlah TUHAN kepadaku: 'Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.'"
KEMUDIAN TUHAN berfirman kepadaku, "Pergilah, jemput lagi istrimu itu. Terimalah dia kembali dan kasihilah dia walaupun ia suka berzinah. Karena Israel tetap dikasihi TUHAN, walaupun ia telah berpaling kepada allah-allah lain dan memberi mereka persembahan-persembahan istimewa." (FAYH)
Then GOD ordered me, "Start all over: Love your wife again, your wife who's in bed with her latest boyfriend, your cheating wife. Love her the way I, GOD, love the Israelite people, even as they flirt and party with every god that takes their fancy." (MSG)
Berhala atau allah lain yang dimaksud pun merupakan patung-patung Asyera, yaitu dewi kesuburan yang menurut kepercayaan penyembah berhala waktu itu dapat menggemburkan hasil panen bagi orang-orang yang menyembahnya.
Sudah sepatutnyalah Allah geram dan cemburu karena itu. Meski begitu, Ia masih memberi mereka kesempatan untuk berbalik pada-Nya melalui peringatan oleh hamba-Nya, dalam hal ini Hosea yang juga diperintahkan untuk mengambil kembali istrinya itu, Gomer, yang gemar berzina dengan laki-laki lain. Hosea, sekalipun hancur hati, tidak pernah ia berhenti mengasihinya. Seperti halnya Allah terhadap umat Israel, sekalipun mereka berulang kali meremukkan hati-Nya dengan berzina meninggalkan Dia dan mengasihi allah-allah lain yang bukan Allah.
Bagaimana dengan kita, pertanyaannya?
Apakah kita malah suka memberikan serta mengupayakan yang terbaik untuk hal-hal yang tidak baik, sedangkan untuk Tuhan hanya yang biasa-biasa saja, bahkan mungkin terkesan sisa-sisa? Masih adakah berhala-berhala dalam hidup kita, atau segala sesuatu yang dapat terasa dan menjadi melebihi Allah?
Ia yang telah menebus dan mengeluarkan dari perbudakan dosa. Ia pun setia dan menyertai kita hingga kini serta sampai nanti. Nah, akankah kita malah mau membalas kasih-Nya hanya dengan selalu menyakiti hati-Nya?
Sedangkan Habel membawa daging anak-anak domba sulung yang gemuk-gemuk sebagai persembahan kepada TUHAN. Persembahan Habel menyenangkan hati TUHAN. ~ Kejadian 4 : 3 (FAYH)
Pada musim panen pertama, Kain membawa pemberian kepada TUHAN. Dia membawa beberapa makanan yang tumbuh di tanah, tetapi Habel membawa beberapa ternak dari kawanannya. Ia membawa bagian yang terbaik dari dombanya yang terbaik. TUHAN menerima Habel dan pemberiannya. (VMD)
~ FG