Seorang bernama, atau yang lebih tepatnya dikenal dengan Uncle Chen atau Paman Chen, menarik perhatian sejumlah media massa internasional beberapa waktu lalu.
Beliau berhasil berlari maraton (sekitar 42 km) pada Xin'anjiang Marathon, kota Jiande, China, di usianya yang sudah cukup senior, yakni lima puluh tahun. Beliau juga sampai di garis finis dengan catatan waktu cukup cepat, tiga jam dan 28 menit. Tidak hanya itu, yang paling menarik perhatian ialah beliau berlari sejauh itu dengan terus-menerus mengisap rokok!
Entah apa tujuan serta motivasi beliau melakukannya, apakah sekadar untuk membuat sensasi, ataukah hanya sugesti, dan abai serta tidak sadar terhadap risiko kesehatannya? Kita tidak tahu. Dan walau memang belum ada peraturan resmi yang melarang untuk berlari maraton sambil merokok, namun hal tersebut tentu sangat tidak dianjurkan dan sebenarnya merugikan peserta atau orang lain.
Sebagai mantan perokok, dan yang masih menggemari olahraga lari, saya sendiri mengakui prestasi Uncle Chen yang sanggup berlari maraton di bawah waktu empat jam dengan usia senior. Tidak banyak yang bisa melakukannya. Namun, dalam hal melakukannya sambil mengisap rokok sangat tidak dianjurkan. Apa pun motivasinya, sebaiknya mulai memilih manakah yang lebih penting, apakah kegiatannya sendiri maupun sensasinya ataukah kesehatannya secara sempurna?
Bagaimana dengan kita juga saat ini dalam hal mengikut, melayani, ataupun mengasihi Tuhan? Apakah kita sungguh-sungguh tulus melakukannya? Ataukah hanya demi mengejar sesuatu yang lain? Berbuat baik, ini dan itu semata-mata untuk memperoleh berkat dan lainnya? Ataukah kita mengasihi-Nya karena memang mengasihi Dia? Apakah kita hidup benar karena sudah selayaknyalah hidup benar, terlebih karena Ia pun telah menyelamatkan, mengasihi, serta terus berbuat baik kepada kita?
Kiranya, kita tidak punya motif yang salah, baik kerohanian maupun dalam kehidupan sehari-hari kita.
Mazmur 119 : 7 (FAYH), "Setelah Engkau mengajar aku, aku akan berterima kasih kepada-Mu dengan hidup sebagaimana patutnya!"
I will praise and give thanks to You with uprightness of heart when I learn [by sanctified experiences] Your righteous judgments [Your decisions against and punishments for particular lines of thought and conduct]. (AMP)
I thank you for speaking straight from your heart; I learn the pattern of your righteous ways. (MSG)
Filipi 3 : 9 (BIS), "Dan betul-betul bersatu dengan Dia. Hubungan yang baik dengan Allah tidak lagi saya usahakan sendiri dengan jalan taat kepada hukum agama. Sekarang saya mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, karena saya percaya kepada Kristus. Jadi, hubungan yang baik itu datang dari Allah, dan berdasarkan percaya kepada Yesus Kristus."
Dan hidup bersatu dengan Dia. Dulu saya berusaha dengan kekuatan saya sendiri supaya Allah menjadikan saya sebagai sahabat-Nya, bukan musuh. Untuk itu saya taat sekali kepada peraturan agama. Tetapi, sekarang saya tidak melakukan hal itu lagi. Sebab, sekarang saya sudah menjadi sahabat Allah, karena saya percaya kepada Yesus Kristus. (BSD)
Menjadi satu dengan Dia. Saya tidak lagi menggantungkan keselamatan saya pada perbuatan baik atau ketaatan kepada hukum Allah, melainkan kepada kepercayaan bahwa Kristus menyelamatkan saya, sebab Allah membenarkan kita di hadapan hadirat-Nya atas dasar iman kita, yaitu berharap hanya kepada Kristus saja. (FAYH)
~ FG