Dua orang anak, bernama Dan Gill dan Archie Shaw, suatu hari datang ke rumah teman mereka untuk menghadiri acara ulang tahun temannya itu. Namun, sesampainya di rumahnya, orangtua dari temannya tersebut tidak mengizinkan Archie Shaw masuk hanya karena ia berkulit hitam, dan berkata bahwa tidak cukup kursi lagi, tetapi membolehkan dan membiarkan Dan Gill masuk.
Akan tetapi, sebagai seorang sahabat, Dan Gill pun tidak mau masuk, lalu mengajak sobatnya itu memberikan kado hadiah yang telah mereka bungkus untuk temannya yang berulang tahun, kemudian mereka berdua kembali pulang ke rumah Dan Gill.
Dalam perjalanan, si Dan Gill kecil sempat bingung, marah, sekaligus menangis, mengapa temannya, Archie Shaw tidak diperbolehkan masuk, padahal mereka semua sama-sama berteman, hanya karena dia berkulit hitam. Sejak itulah Dan Gill mulai mendukung tindakan yang anti-rasisme atau pembedaan warna kulit dalam kehidupannya seiring ia beranjak dewasa.
Bahkan, hingga kini beliau telah menjadi guru, ia pun selalu menyediakan sebuah kursi kosong, sebagai pengingat bahwa siapa pun dapat masuk ke kelasnya. Tak peduli ia berkulit hitam, ataupun dari suku dan negara manapun. Setiap orang berhak memperoleh kesempatan yang sama.
Di tengah pembedaan-pembedaan yang masih ada sampai sekarang, mungkin tidak secara rasisme warna kulit, melainkan dari strata, tingkat pendidikan, ataupun lainnya, maukah kita menjadi orang-orang yang memiliki hati nurani serta empati terhadap orang lain? Ataukah kita memilih menjadi seperti ortu dari teman masa kecilnya Dan Gill tadi yang diskriminatif, menolak, dan tidak membiarkan salah satu dari kedua sahabat anaknya itu masuk serta ikut merayakan ultah anaknya sendiri?
Yakobus 2 : 1 (BSD), "Saudara-saudaraku, kalian sudah percaya kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia. Karena itu, janganlah membeda-bedakan orang dengan melihat penampilannya."
SAUDARA sekalian yang saya kasihi, bagaimana Saudara dapat mengatakan bahwa Saudara milik Yesus Kristus, Tuhan Yang Mahamulia, jika Saudara mengistimewakan orang kaya, sedangkan orang miskin Saudara pandang rendah? (FAYH)
My dear friends, don't let public opinion influence how you live out our glorious, Christ-originated faith. (MSG)
Menurut catatan Full Life, memandang muka berarti memberikan perhatian khusus terhadap orang tertentu karena kekayaan, busana, ataupun kedudukan mereka. Melakukan hal itu salah karena beberapa alasan, yaitu tidak menyenangkan Allah yang tidak pernah memandang penampilan lahiriah, tetapi hati orang. Serta merupakan sikap yang tidak didorong oleh kasih yang murni bagi semua orang.
Markus 2 : 15 – 17 (BIS), "Waktu Yesus sedang makan di rumah Lewi, datanglah banyak penagih pajak dan orang-orang yang dianggap tidak baik oleh masyarakat ikut makan bersama-sama Yesus dan pengikut-pengikut-Nya. Sebab banyak di antara mereka mengikuti Yesus. Beberapa guru agama dari golongan Farisi melihat Yesus makan bersama-sama dengan penagih-penagih pajak dan orang-orang yang dianggap tidak baik itu. Jadi mereka bertanya kepada pengikut-pengikut Yesus, 'Mengapa gurumu makan bersama dengan penagih-penagih pajak dan orang-orang yang tidak baik itu?' Yesus mendengar pertanyaan mereka itu, lalu menjawab, 'Orang yang sehat tidak memerlukan dokter; hanya orang yang sakit saja. Aku datang bukannya untuk memanggil orang yang menganggap dirinya sudah baik, melainkan orang yang dianggap hina.'"
Pada malam harinya Lewi mengundang teman-temannya sesama pemungut cukai serta orang-orang berdosa yang lain untuk makan di rumahnya, supaya mereka dapat bertemu dengan Yesus dan murid-murid-Nya. (Banyak orang semacam itu mengikut Dia.) Tetapi, ketika beberapa pemimpin agama Yahudi melihat Yesus makan bersama-sama dengan orang-orang yang cemar namanya, mereka berkata kepada murid-murid-Nya, "Bagaimana mungkin Ia dapat makan bersama-sama dengan sampah masyarakat seperti itu?" Ketika Yesus mendengar perkataan mereka, Ia berkata, "Orang sakitlah yang memerlukan dokter, bukan yang sehat! Aku datang bukan bagi orang baik, melainkan bagi orang jahat, untuk memperingatkan mereka supaya bertobat." (FAYH)
Later Jesus and his disciples were at home having supper with a collection of disreputable guests. Unlikely as it seems, more than a few of them had become followers. The religion scholars and Pharisees saw him keeping this kind of company and lit into his disciples: "What kind of example is this, acting cozy with the riff-raff?" Jesus, overhearing, shot back, "Who needs a doctor: the healthy or the sick? I'm here inviting the sin-sick, not the spiritually-fit." (MSG)
~ FG