Yairus, kita tahu, adalah orang penting pada waktu itu. Ia kepala rumah ibadah yang memiliki tugas administrasi, beberapa di antaranya menentukan siapa yang akan memimpin doa, pembacaan Kitab Suci, serta pengkhotbah.
Meski terpandang, ia tidak malu mengakui ketidakberdayaannya serta permohonannya yang amat sangat kepada Tuhan Yesus di depan banyak orang. Ia tidak lagi mengharap pada posisi pekerjaan, penghasilan, ataupun pertolongan dari orang-orang lainnya. Hanya kepada Yesus, Tuhan.
Sebab putrinya yang berusia 12 tahun sakit, sedang "berdansa dengan maut" atau berada di ambang pintu kematian (menurut Markus), bahkan sesungguhnya sudah meninggal dunia (sesuai tutur Matius). Orangtua, ayah atau ibu manakah yang tidak rela berbuat apa pun demi keselamatan, kesembuhan anak-anaknya? Demikianlah yang dilakukan Yairus, yang datang dan tersungkur di hadapan Tuhan Yesus.
Markus 5 : 22 – 23 (FAYH), "Pemimpin rumah ibadat setempat, yang bernama Yairus, datang bersujud di hadapan-Nya, memohon agar Dia menyembuhkan putrinya. 'Ia hampir mati,' katanya dengan putus asa. 'Marilah ikut dan letakkanlah tangan Tuan ke atasnya! Sembuhkanlah dia!'"
One of the meeting-place leaders named Jairus came. When he saw Jesus, he fell to his knees, beside himself as he begged, "My dear daughter is at death's door. Come and lay hands on her so she will get well and live." (MSG)
One of the men who presided over a synagogue (Jewish meeting place), whose name was Jairus, came there. When he saw Jesus, he prostrated himself at his feet. Then he pleaded with Jesus earnestly, "My daughter is sick and nearly dead! Please come to my house and place your hands on her in order that she will be healed {to heal her}, so that she will not die!" (DEIBLER)
Yairus pun seolah tak berkeberatan apabila orang lain yang terlebih dulu ditolong oleh-Nya, karena ketika dalam perjalanan, Tuhan Yesus sempat menyembuhkan—berdasarkan iman—seorang perempuan yang sudah 12 tahun lamanya sakit pendarahan (Markus 5 : 25 – 34).
Yairus berharap hanya pada Yesus, menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, biarlah terjadi sesuai waktu serta cara-Nya. Yairus tidak tahu harus ke mana lagi, selain beriman dan menyadari kesembuhan yang diharapkan bagi putrinya itu hanya dari Yesus. Sehingga puji Tuhan, melampaui anggapan banyak orang yang condong tidak percaya waktu itu, anaknya mengalami mukjizat kesembuhan.
Bagaimana jika kita di posisi Yairus? Masihkah menyatakan iman serta permohonan dan pengharapan kita kepada-Nya? Apakah Dia lebih berharga daripada segala sesuatu yang kita miliki atau apa pun yang lainnya? Maukah kita mengandalkan Dia saja seperti halnya yang dilakukan Yairus?
Ketahuilah kepada Siapa kita berharap. Sebab, akan ada waktunya dalam hidup ini di mana kita tidak bisa lagi mengandalkan apa pun, selain hanya Dia. Selain Dia saja.
Karena itu, mari jadi seperti Yairus-yairus masa kini.
"Yesus, tolonglah saya pada hari ini untuk melihat dengan jelas bahwa pada suatu hari kelak saya akan mati. Kini saya telah melihat dengan cukup jelas apa yang dianggap sangat berharga bagi manusia. Berilah saya mata yang dapat melihat apa yang Kauanggap berharga." (Ken Gire)
~ FG