Mungkin kita pernah mendengar atau membaca sebuah kutipan: Ketika kita lahir di dunia ini, kita menangis dan banyak orang yang bersukacita karena kelahiran kita; hiduplah sedemikian rupa sehingga pada saat kita meninggal kelak banyak orang yang menangis bersedih serta kitalah yang bersukacita karena berpulang kembali ke rumah Bapa di surga.
"When you were born you were crying and everyone else was smiling. Live your life so at the end, your're the one who is smiling and everyone else is crying." ~ Ralph Waldo Emerson
Kehidupan seperti apakah yang ingin, dan bahkan sedang, kita hidupi? Apakah kira-kira yang akan kita sesali nanti? Ataukah layak disyukuri karena telah menjadi berkat?
Janganlah seperti yang dialami oleh raja Yoram pada hari terakhirnya. Mengapa? Sebab tidak ada orang yang meneteskan setitik air mata ataupun meratapi kepergiannya, karena ia berbuat jahat di mata Tuhan semasa hidupnya serta pemerintahannya.
2 Tawarikh 21 : 20. "Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja."
Yoram berumur 32 tahun ketika ia menjadi raja. Ia memerintah di Yerusalem selama 8 tahun. Tidak ada seorang pun yang sedih ketika Yoram meninggal. Mereka menguburkan Yoram di kota Daud, tetapi tidak di kuburan raja-raja. (VMD)
He was thirty-two years old when he became king and reigned for eight years in Jerusalem. There were no tears shed when he died--it was good riddance!--and they buried him in the City of David, but not in the royal cemetery. (MSG)
Sungguh pemandangan yang menyedihkan, bukan?
Berbeda halnya dengan pemakaman penghormatan bagi mendiang Billy Graham yang digelar dengan khidmat di rotunda atau aula Capitol Hill, gedung perwakilan rakyat di Washington, AS.
~ FG