Pada 1876, saat malam Natal, Ira D. Sankey seorang penggubah lagu himne pujian, menikmati perjalanan naik kapal uap yang melintasi sungai Delaware. Banyak penumpang lain juga naik kapal tersebut, menikmati perayaan Natal bersama orang-orang terkasih. Lalu ada seseorang yang mengenali beliau dan berkata, "Ada Ira D. Sankey!" sebab beliau memang terkenal kala itu. Lantas, para penumpang lain berkumpul, memohon beliau sudi menaikkan sebuah pujian.
Awalnya, beliau bermaksud menyanyikan pujian Natal, namun dalam hatinya, Tuhan menggerakkannya supaya menyanyi pujian berjudul Shepherd Song (Yesus Seperti Gembala). Sebelum menyanyi, ia berdiam diri sejenak untuk berdoa, lalu bernyanyilah ia.
Di antara para pendengar, pujian tentang kasih Tuhan bagi orang-orang yang terhilang itu menembus ke kedalaman hati mereka. Seusai Ira Sankey bernyanyi, seorang pria berwajah penuh kegetiran hidup menemuinya.
"Maaf… apakah Anda pernah bergabung di Union Army (pasukan AS serta sejumlah wajib militer yang berjuang untuk persatuan pada masa Perang Saudara Amerika)?"
"Benar," jawab Ira singkat, "sekitar musim semi 1960-an."
"Apakah Anda pernah mengingat tugas piket ketika malam bulan purnama sekitar tahun 1862?" tanya pria itu.
"Oh ya, saya ingat. Apakah Anda juga bertugas waktu itu?" tanya Ira balik.
"Ya… tapi saya bertugas untuk Confederate Army (tentara Konfederasi yang bermusuhan dengan Union Army selama Perang Saudara AS). Saya pernah melihat Anda di pos jaga, dan saya berkata, 'Ia tidak mungkin akan pergi dari sini hidup-hidup.' Saya siapkan senapan dan segera membidik. Saya berada di tempat yang gelap, sementara Anda tepat di bawah sinar bulan purnama. Tapi malam itu sepertinya Anda bernyanyi seperti yang Anda nyanyikan tadi. Saya mendengarnya, dan itu menyentuh hati saya, lalu saya menarik jari dari pelatuk dan berpikir, 'Aku akan tunggu saja sampai akhir lagu. Aku takkan kehilangan bidikan, aku pasti bisa menembak nanti.'
"Sementara Anda terus menyanyi, dan sampai pada kata-kata, 'We are Thine, do Thou befriend us, Be the guardian of our way' (Engkaulah Sahabat kami, Pelindung jalan hidup), saya mendengar kata demi kata, dan ingatan saya membawa saya jauh kembali ke masa lampau ketika kanak-kanak serta ingatan akan ibu saya. Ibu saya sangat mengasihi Tuhan, dan beliau pun sering menyanyikan lagu itu. Namun, dia pergi terlalu cepat, dan hidup saya tak lagi sama. Ketika Anda selesai menyanyi, saya tak bisa membidikkan senapan lagi meski Anda masih berdiri di bawah sinar terang bulan sebagai sasaran empuk.
"Lalu saya mulai memikirkan Allah sembari melihat Anda, dan berpikir, 'Kalau Tuhan saja mampu menyelamatkannya dari kematian, tentu Dia adalah Allah yang luar biasa dan mahakuasa!' Saya turunkan lengan saya, dan saya tak dapat memberi tahu Anda apa saja yang bergelut di pikiran saya waktu itu. Hati saya begitu getir, tapi saya tak tahu apa yang harus saya lakukan. Dan sekarang… ketika Anda tadi berdiam sejenak untuk berdoa, saya mengenali Anda. Saya telah berkelana ke berbagai tempat yang jauh semenjak peristiwa yang saya ceritakan. Saya belum pernah menemukan Yesus sang Gembala itu… tolonglah saya menemukan kesembuhan untuk jiwa saya yang sakit ini."
Merasa tersentuh, Ira D. Sankey memeluk teman barunya itu, yang pernah menjadi musuhnya yang memang dapat saja mengakhiri hidupnya. Di malam Natal itu, akhirnya teman barunya menemukan Gembala Agung yang telah lama ia cari dan rindukan itu.
Catatan Full Life menyadarkan, ada pergumulan terus-menerus orang percaya melawan kuasa kegelapan terhadap fisik maupun kerohanian. Pemeliharaan Allah terhadap kita pun dapat terlukiskan dengan enam hal berikut ini sesuai mazmur:
Mazmur 18 : 3, "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!"
TUHAN Batu karangku, Bentengku, tempat perlindunganku. Ia adalah Allahku, Batu karang tempatku berlindung. Dialah perisaiku, dengan kuasa-Nya aku selamat. Dialah tempat persembunyianku tinggi di atas gunung. (VMD)
TUHAN adalah bentengku yang di dalamnya aku merasa aman. Tidak ada yang dapat mengejar aku ke dalam dan membunuh aku. Dialah gunung batu tempat aku bersembunyi. Ia adalah Juruselamatku, batu karang di mana aku tidak tercapai oleh musuhku, dan menara keselamatanku. Dialah perisaiku. Ia bagaikan tanduk banteng yang kuat. (FAYH)
~ FG