Spirit of entitlement, atau hati dan pikiran serta perasaan yang sepertinya selalu mengatakan: "Aku berhak ini, aku berhak itu…" Apalagi, kalau sudah merasa melakukan banyak hal dan sesuatu bagi seseorang.
Merasa berhak dilayani.
Berhak diperhatikan.
Berhak didahulukan dan diutamakan.
Berhak dihargai dan dihormati.
Merasa berhak menerima ini dan itu.
Dengan kata lain, sering kali menganggap pantas mendapat special privileges atau hak-hak istimewa, belum lagi ditambah banyaknya sistem di kehidupan sehari-hari yang menerapkan hal semacam itu.
Padahal, sikap ataupun roh yang demikian menandakan adanya ego yang masih tinggi, rasa enggan untuk mengalah ataupun tidak mau mendahulukan orang lain, serta tanpa kerendahan hati.
Melihat apa yang pernah dilakukan Tuhan Yesus (Flp. 2:1-8), apakah kita masih menuntut harus didahulukan, diutamakan, maupun segala jenis spirit of entitlement dan special privileges tersebut? Maukah kita belajar untuk mulai melayani, mendahulukan, dan mengutamakan orang lain, melebihi kepentingan dan hak kita sendiri?
Bersyukurlah apabila Allah masih mempercayakan dan memberikan banyak kesempatan maupun setiap hal yang baik bagi kita untuk kita kelola, serta menjadi berkat bagi orang lain.
Roma 11:36 (FAYH), "Sebab segala sesuatu berasal dari Allah. Segala sesuatu hidup oleh kuasa-Nya dan segala sesuatu itu untuk kemuliaan-Nya. Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya."
For from Him and through Him and to Him are all things. [For all things originate with Him and come from Him; all things live through Him, and all things center in and tend to consummate and to end in Him.] To Him be glory forever! Amen (so be it). (AMP)
Everything comes from him; Everything happens through him; Everything ends up in him. Always glory! Always praise! Yes. Yes. Yes. (MSG)
~ FG