Jika merenungkan kehidupan para martir yang rela menderita atau mati demi mempertahankan kepercayaan, terutama kepada Tuhan Yesus Kristus, daripada menyerah terhadap menyangkal iman, betapa luar biasa keberanian, perjuangan, serta pergumulan mereka sesungguhnya.
Salah satunya, John Allen Chau, yang wafat di usia sangat muda, yakni 26 tahun, ketika menjangkau jiwa-jiwa di suku Sentinelese.
Ia pun sempat terpanah oleh seorang muda dari suku yang asing tersebut. Namun, John Chau mau mengampuni, dan tetap berusaha menjangkau suku itu demi Tuhan Yesus.
"God, I don't want to die," katanya, atau tak ingin mengalami celaka dan binasa, sebab siapa yang akan menggantikan posisinya apabila demikian. "Forgive the boy who shot me and any of the people on this island who try to kill me, and especially forgive them if they succeed," lanjutnya, memohonkan ampun bagi anak muda yang memanahnya, bahkan supaya Allah pun mengampuni apabila mereka benar-benar mencabut nyawanya.
Ketaatan, bagi John Chau, menurutnya merupakan nilai keberhasilan yang sejati di dalam kerajaan Allah. John rindu agar kehidupannya menunjukkan ketaatan kepada Tuhan Yesus Kristus yang lebih berharga daripada segala sesuatu.
Meski beberapa orang menganggapnya tidak waras karena melakukan misi itu, John Chau justru menganggap menaati panggilan Allah bagi hidupnya itu sungguhlah berharga. Terlepas dari polemik apa pun juga yang ada terkait kesaksian dan pengalamannya, satu hal yang patut kita renungkan ialah, adakah kita pun masih memiliki ketaatan sedemikian radikal kepada Tuhan, ataukah hanya terlena dengan berbagai kemudahan serta kenikmatan dunia?
John Chau pun bukan sekadar nekat buta menjalani panggilannya, namun hampir sembilan tahun mempersiapkan diri serta mempelajari bahasa asing suku yang hendak dijangkaunya demi Kristus tersebut. Dan meski mengetahui risiko besarnya, John Chau tetap menaati kehendak serta panggilan Allah dalam hidupnya pribadi.
Bagaimana dengan kita? Di manapun berada saat ini, mungkin masih ada kesempatan untuk menjangkau satu jiwa lagi bagi Tuhan Yesus. Siapa pun mereka, dan siapa pun kita.
Ibrani 12 : 4 (FAYH), "Bagaimanapun juga, Saudara belum pernah bergumul melawan dosa dan cobaan sampai mencucurkan keringat darah."
Ibrani 4 : 13 (TSI), "Tidak ada makhluk yang dapat menyembunyikan diri dari Allah. Segala sesuatu terlihat jelas oleh Dia, bahkan seluruh isi hati kita terbuka di hadapan-Nya. Kelak, setiap orang akan berdiri dan memberi pertanggungjawaban kepada-Nya."
Ia mengetahui seluk-beluk setiap orang di manapun juga. Segala sesuatu mengenai kita terbuka dan nyata di hadapan Allah yang hidup, yang dapat melihat segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun tersembunyi bagi Dia dan kepada-Nya kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita. (FAYH)
~ FG