Betapa kadang kata-kata yang sesungguhnya telah bertahun-tahun tertulis juga di dalam firman Tuhan pun terlewatkan begitu saja. Dengan nada lain, mungkin kita sempat membacanya, namun entah mengapa ketika mendapat bagian itu lagi, rasanya seperti baru pertama kali dan ke mana saja bagian tersebut selama ini. Ataupun, entah karena kurang fokus serta sambil lalu saja dalam membaca dan merenungkan firman-Nya.
Pernahkah Saudara mengalaminya?
Misalnya, seperti sewaktu saat teduh pribadi saya sendiri pagi hari ini. Sejumlah kata dalam bacaan firman Tuhan seperti melompat-lompat di halaman Alkitab yang saya baca.
Ibrani 3 : 1 – 6, "Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan."
Kini ini kudus. Artinya, dipisahkan dan dikhususkan bagi Allah, menjadi umat-Nya. Dan kalau-kalau lupa, kita pun menerima panggilan dari Tuhan, menjadi mitra Allah, rekan sekerja-Nya.
Kita diminta untuk mengarahkan pandangan, bahkan merenungkan tentang Yesus Kristus, yang kita akui sebagai Tuhan. Apakah kita pun masih mengakui Dia di depan umum dan tidak malu-malu? Ia pun setia dalam mengikuti setiap kehendak Bapa. Demikan pula Musa. Apakah demikian halnya dengan kita?
Apabila sampai sekarang kita masih dapat melayani, bekerja, bahkan hidup dan menarik napas semua itu hanyalah karena kasih kemurahan Allah. Ia pun yang merancang dan membangun segala sesuatu yang baik dalam hidup kita. Jalan dan cara-Nya jauh melebihi jalan maupun cara manusia yang terbatas.
Ingatlah, kita adalah hamba-hamba Tuhan, di manapun kita berada serta apa pun yang menjadi bagian kita—baik dalam pekerjaan di tempat usaha, pendidikan di sekolah serta universitas, maupun pelayanan gereja. Tuhan Yesus pun sebagai Anak setia menolong, memperhatikan dan mempedulikan kita umat-Nya, serta bertanggung jawab, ibarat seorang anak dewasa yang memiliki kerinduan dan kepedulian untuk menolong, menjaga, merawat maupun memperhatikan keluarganya.
Apakah masih kita yakin dan memegang teguh iman serta pengharapan kita kepada Tuhan? Ataukah semakin mudah kita diombang-ambingkan dengan segala keadaan yang ada? Tetaplah setia sampai akhir. Tetap memiliki keberanian penuh untuk menghadap hadirat Allah dan mengharap hanya pada-Nya. Sebab besar kemuliaan Tuhan!
Tetapi Kristus, Anak Allah yang setia, berkuasa penuh atas rumah Allah. Dan kita umat Kristen adalah rumah Allah -- Ia hidup di dalam kita -- jika kita tidak berputus harapan, melainkan tetap bersukacita dan tetap bersandar kepada Tuhan sampai akhir. (Ibr 3 : 6 FAYH)
Mereka akan menyanyi tentang perbuatan-Mu dan tentang keagungan-Mu yang besar. (Mzm 138 : 5 BIS)
~ FG