Seorang suami, karena sedang merasa keadaan hidupnya masih belum sesuai ekspektasinya, maka untuk menumpahkan uneg-unegnya agar lebih meringankan dan melihat apa saja beban pikirannya, ia lalu mengambil secarik kertas guna menuliskannya.
Ia menulis, tahun ini telah operasi batu empedu dan harus rawat inap beberapa hari di rumah sakit; tahun ini mesti pensiun dari pekerjaan yang disenanginya; tahun ini pun ayahnya terkasih wafat; belum lagi ditambah musibah yang menimpa sehingga mobilnya rusak serta mesti keluar biaya mahal untuk perbaikan.
Setelah menuangkan isi pikirannya di atas kertas tersebut, ia beranjak tidur dan beristirahat.
Ketika istrinya melihat dan membaca apa yang ditulis suaminya, istrinya itu kemudian juga mengambil sebuah kertas kosong dan menuliskan kalimat-kalimat dari suami, tetapi dengan menambahkan sesuatu yang berbeda:
Tahun ini telah operasi batu empedu dan rawat inap di RS, tetapi puji syukur karena tidak akan sakit lagi untuk itu.
Tahun ini mesti pensiun dari pekerjaan yang disenangi, tetapi bersyukur karena masih sehat-sehat dan bisa melakukan sesuatu yang sangat saya lebih senangi—menulis, dan lebih berfokus lagi.
Tahun ini pun ayah terkasih wafat, namun puji Tuhan karena beliau usia panjang 95 tahun, dan tidak sakit saat itu, dan sudah percaya kepada Tuhan Yesus maka pasti berada di surga sekarang bersama-Nya.
Tahun ini mobil rusak parah, mesti servis mahal karena kecelakaan di jalan, tetapi sungguh bersyukur karena anak kami selamat dan tidak apa-apa.
Suaminya melihat berbagai keadaan dari sudut pandang kesulitan demi kesulitan, dan tidak mengucap syukur terhadap apa yang masih bisa disyukuri. Sedangkan, istrinya tercinta memandang berbagai situasi yang dialami dan dihadapi bersama tersebut secara kesadaran akan penyertaan Tuhan yang masih ada dalam hidup mereka, sehingga memampukannya untuk bersyukur terhadap apa pun yang terjadi.
Bukan mengucap syukur atas keadaan ataupun hal-hal yang buruk itu sendiri, melainkan bersyukur karena Allah menyertai dan masih ada kebaikan-kebaikan dalam hidup ini.
Bagaimana dengan kita, apakah tetap hanya memfokuskan diri pada keadaan-keadaan yang memang sulit, kekurangan dan kelemahan orang lain, maupun masalah-masalah yang besar? Atau maukah kita setidaknya merenungkan dan belajar memandang dari perspektif firman Tuhan, kelebihan serta kesempatan yang masih ada, sehingga kita dapat mengucap syukur, terlebih karena memiliki Allah yang hidup dan lebih besar daripada segala sesuatu?
1 Tesalonika 5 : 16 – 18, "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Be happy [in your faith] {and} rejoice and be glad-hearted continually (always); Be unceasing in prayer [praying perseveringly]; Thank [God] in everything [no matter what the circumstances may be, be thankful and give thanks], for this is the will of God for you [who are] in Christ Jesus [the Revealer and Mediator of that will]. (AMP)
Be cheerful no matter what; pray all the time; thank God no matter what happens. This is the way God wants you who belong to Christ Jesus to live. (MSG)
Apa yang masih bisa kita syukuri hari ini?
~ FG