Mazmur 147 : 10 (FAYH), "Kecepatan seekor kuda tidak berarti bagi-Nya. Betapa kecilnya kekuatan manusia dalam pandangan-Nya!"
His delight is not in the strength of the horse, nor his pleasure in the speed of a runner. (NRSV)
He's not impressed with horsepower; the size of our muscles means little to him. (MSG)
Saya menyukai olahraga lari dan telah berlari ribuan kilometer. Namun, terkadang kemampuan ataupun kekuatan seseorang cenderung membuat lupa untuk tidak selalu mengandalkan diri sendiri.
Pada zaman dulu, seekor hewan berupa kuda pun sangat diandalkan untuk peperangan. Karena itu, Allah melarang raja-raja Israel memelihara banyak kuda (lih. Ulangan 17 : 16), sebab akan menggoda mereka untuk mengandalkan sesuatu yang lain, bukannya yakin akan Allah serta mengharap pertolongan-Nya.
Daud sebagai raja pun, sejak masa mudanya telah menjadi seorang pejuang, namun ia mengaku Allah sebagai satu-satunya Pelindung serta Penyelamatnya. Bersyukurlah untuk orang-orang yang demikian.
Bagaimana dengan kita?
Sering kali kita mungkin ingin mengandalkan kekuatan, kemampuan, kepintaran, pengalaman serta memaksakan kehendak diri sendiri. Terutama di saat-saat terdesak. Padahal, kebaikan Allah tidak didasari pada kekuatan manusia, apalagi hewan semata-mata! Sebetapa besar pun kemampuan, kegigihan serta kemantapan seseorang, sesungguhnya tidak akan memberikan manfaat sejati apabila Allah tidak menyertai dan mengaruniakan keberhasilan.
Mazmur 33 : 16 (FAYH), "Bala tentara yang paling lengkap persenjataannya pun tidak dapat menyelamatkan seorang raja karena kekuatan besar saja tidaklah cukup untuk menyelamatkan seseorang. Kuda perang tidak dapat diandalkan untuk mencapai kemenangan. Kuda itu memang kuat, tetapi tidak akan dapat menjamin keselamatan."
Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan. (Mazmur 33 : 17)
Horsepower is not the answer; no one gets by on muscle alone. (MSG)
Biarlah orang-orang lain memegahkan kekuatan diri, tetapi janganlah kita bermegah dalam kekuatan sendiri, melainkan marilah terus-menerus berharap dalam Tuhan serta senantiasa mengandalkan Dia. Sebab mata iman selalu mencari Allah dalam segala peristiwa.
Saat memiliki sebuah pengharapan yang kita rindukan, maka kita perlu menyadari kebergantungan kepada Tuhan. Ia menghargai dan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia serta berharap pada kasih setia-Nya. Keyakinan yang disertai kerendahan hati terhadap kebaikan Allah sangat-sangat menyenangkan hati-Nya.
Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghentikan mereka? Kami tidak sanggup melindungi diri terhadap serangan pasukan yang demikian besar jumlahnya itu. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi kami berharap kepada-Mu semata-mata. (2 Tawarikh 20 : 12 FAYH)
~ FG