Salah satu karakteristik Allah, seperti yang telah kita ketahui, ialah kekudusan. Jika kita mengamat-amati sebagian besar isi firman Tuhan pun, Ia sangat menghargai dan mengutamakan kekudusan, serta menghendaki umat-Nya agar hidup kudus.
TUHAN, Raja yang kudus--TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-kerub, maka bumi goyang. TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi mengatasi segala bangsa. Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia! (Mazmur 99:1-3)
Hidup dalam kekudusan bukan berarti menjadi seperti orang Farisi atau ahli Taurat yang justru dicela oleh Tuhan Yesus karena mereka ternyata hidup dalam kemunafikan. Terlihat rohani di luar, namun busuk di dalam. Hidup kudus adalah mau menjaga hati serta pikiran kita, sebab Allah mengetahui, mengenal isi hati maupun jalan pikiran kita.
Catatan Full Life pun mengingatkan, bukan saja kita mesti membenci kejahatan dan ketidakbenaran di dunia, tetapi juga sadari bahwa ada kalanya sesuatu dalam diri kita mendukakan hati Allah. Bersedialah meminta Allah menguji kita supaya dapat melanjutkan pekerjaan pengudusan-Nya dalam kita. Jikalau terdapat sesuatu yang tidak benar, kita mesti berbalik dalam pertobatan.
Bersyukurlah karena Allah kita kudus, suci.
Tinggikanlah TUHAN, Allah kita yang suci. Sujudlah di depan kaki-Nya. Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sembahlah Dia di gunung-Nya yang suci di Yerusalem karena Ia suci. (Mazmur 99:5, 9)
~ FG