Kami pernah ganti ban kendaraan, dan seusai mendapat yang baru, sesampainya di rumah untuk mencoba mengecek, kami kira penjualnya memasang produk yang sudah lama, yaitu tahun 2013 karena di sisi luarnya terpampang cetakannya.
Respons saya pun kesal terhadap cara mereka kalau memang seperti itu. Namun ternyata, selidik punya selidik, angka 2013 tersebut bukan menandakan tahun produksi, melainkan benar bahwa ban yang mereka pasangkan adalah produksi terbaru.
Sering kali kita melihat masalah hanya sebagai masalah, tanpa mencoba mengamati ataupun memikirkan dan merenungkan terlebih dulu secara saksama. Besar maupun kecil, kerap kali masalah itu sendiri bukanlah masalah yang sebenarnya. Sikap hati, respons atau cara pandang kita yang salah terhadapnyalah yang jadi masalahnya.
Jika saja kita mau belajar bersabar, kita akan sadar ada suatu hal positif dalam tiap proses maupun pengalaman hidup. Jika tidak, mungkin kita akan seperti banyak orang yang selalu mengeluh karena terbiasa serta gemar melakukannya. Kadang, lebih baik orang fals bernyanyi daripada mendengar keluh kesah dan sungut-sungut.
2 Korintus 12 : 10, "Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."
Oleh karena itu, sebagai utusan Kristus saya sudah belajar merasa senang ketika saya mengalami kelemahan, hinaan, kesusahan, penganiayaan atau kesengsaraan. Karena justru waktu saya lemah, saat itulah saya benar-benar mendapat kekuatan! (TSI)
Jadi saya gembira dengan kelemahan-kelemahan saya. Saya juga gembira kalau oleh karena Kristus saya difitnah, saya mengalami kesulitan, dikejar-kejar dan saya mengalami kesukaran. Sebab kalau saya lemah, maka pada waktu itulah justru saya kuat. (BIS)
Paulus belajar merasa senang serta rela berada dalam berbagai masalah. Adakah kita seperti dia yang berjerih lelah bagi jemaat, dipenjara dan didera di luar batas karena memberitakan firman, kerap dalam bahaya maut, disesah, dipukul, dilempari batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam terkatung-katung di tengah laut, dan masih banyak lagi.
Risiko terkena bahaya banjir, dikerjai para penyamun, di padang gurun, ancaman dari pihak saudara-saudara palsu, bekerja berat, kerap tidak dapat tertidur, lapar dan dahaga, sering berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, belum lagi harus memikirkan urusannya sehari-hari.
Namun, di tengah semua itu ia masih mau melayani Allah dan jemaat, serta belajar bersandar, berserah dan mengandalkan Allah.
Maukah kita belajar seperti itu dan tidak segera merespons negatif saat suatu masalah melanda tiba-tiba?
Amsal 3 : 6, "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."
Ingatlah pada TUHAN dalam segala sesuatu yang kaulakukan, maka Ia akan menunjukkan kepadamu cara hidup yang baik. (BIS)
Dan setiap langkahmu ingatlah apa yang dikehendaki Allah, dan Dia akan menolongmu melakukan yang benar. (VMD)
~ FG