Amsal 6 : 6 – 8 (VMD), "Hai pemalas, amatilah yang dilakukan semut dan pelajarilah itu. Semut tidak mempunyai pimpinan atau ketua, tetapi semut menyediakan makanannya di musim panas, dan menyimpan makanannya di musim panen. Ketika musim dingin datang, ada banyak makanan."
Seseorang yang memiliki kebiasaan untuk bermalas-malasan, mesti belajar serta menyaksikan yang dikerjakan oleh seekor hewan kecil ciptaan Tuhan sebagai pengingat agar menjadi lebih bijak.
Bahkan semut rajin mempersiapkan, mencari dan menyediakan makanannya selama musim panas supaya siap saat datang musim dingin.
Orang yang malas, menunda-nunda, tidak menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, dan acap menghindari tantangan atau kesulitan yang kadang perlu, sering kali justru "rajin" untuk melakukan satu hal, yakni keinginannya sendiri. Dan ia memiliki banyak sekali alasan untuk memenuhi kepuasannya, bukannya kerajinan.
Amsal 22 : 13 (FAYH), "Orang malas banyak dalihnya. 'Aku tidak bisa pergi bekerja!' katanya. 'Jika aku ke luar rumah, mungkin aku bertemu dengan singa dan aku akan diterkamnya!'"
Kemalasan dalam hal rohani lebih menggoda dan membahayakan daripada kemalasan dalam hal jasmani. Mengapa? Sebab orang yang malas tidak peduli akan keadaan sekitarnya yang memerlukan uluran tangannya. Terlebih untuk kerohanian, ia tidak mau berkontribusi positif, membiarkan semuanya tetap apa adanya, ataupun malah menguras segala fasilitas.
Mari belajarlah menjadi seperti Tuhan Yesus yang giat bekerja dan melayani.
Kita semua harus dengan cepat melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepada kita oleh Dia yang mengutus Aku, karena waktunya tinggal sedikit lagi sebelum malam tiba dan semua pekerjaan berakhir. (Yoh 9:4 FAYH)
Sampai kapan si pemalas itu mau tidur? Kapankah ia mau bangun? Ia duduk berpangku tangan untuk beristirahat, dan ia berkata, "Ah, aku tidur sejenak, aku mengantuk." Tetapi sementara ia tidur, ia ditimpa kekurangan dan kemiskinan yang datang seperti perampok bersenjata. (Ams 6:9-11 BIS)
~ FG