Terkadang permasalahan-permasalahan yang kita hadapi dapat menjadi kesempatan maupun proses serta teguran dari Tuhan untuk menarik perhatian kita agar kita kembali kepada-Nya.
"Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya." (Yunus 1:7)
Yunus yang semestinya menaati kehendak Allah menuju Niniwe yang berjarak sekitar 800 kilometer dari tempat awalnya berada, namun malah menghindar ke Tarsis yang jaraknya hampir lima kali lipat, 4.000 kilometer, mengingkari panggilan Tuhan. Ikan besar—atau menurut referensi, paus—itu lebih taat pada perintah Allah untuk menelan Yunus ketimbang ia menaati perintah-Nya mengabarkan seruan pertobatan.
Sering kali kita pun mungkin demikian, menghindari proses-Nya, dan karena itu justru kita lebih jauh melangkah daripada ketika cukup melakukan yang Ia kehendaki. Harga ataupun risiko yang harus kita bayar pun lebih mahal, dan banyak hal akan menurun saat kita berlari menjauh dari-Nya. Lagipula, sebaik apa pun segala sesuatu tampaknya dari luar, akan terasa percuma apabila bagian dalamnya masih rusak.
"Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN." (Yunus 1:3)
Patutlah kita bersyukur apabila Allah masih menyelamatkan kita dari situasi-situasi yang disebabkan oleh ketidaktaatan kita sendiri. Sebab terkadang Ia mengizinkan kita berada dalam lembah untuk menyadarkan betapa buruk dan terpuruknya akibat jika tidak taat. Jadi, meski di tengah keadaan sulit, tetaplah melakukan apa yang benar dan percaya kepada-Nya bahwa Ia akan menyertai menolong kita. Tetaplah taat.
"Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!" (Yunus 2:9)
~ FG