Mungkin kita telah mengetahui prinsip pareto atau Pareto Principle yang dikumandangkan pertama kali oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom asal Italia.
Prinsip tersebut sangat baik untuk diaplikasikan dalam manajemen, yaitu berfokus pada sekitar 20 persen saja hal-hal yang penting agar menghasilkan dampak yang besar atau 80 persen, daripada sebaliknya menghabiskan sumber daya untuk hal-hal yang tidak berarti atau 80 persen, namun hanya menghasilkan sedikit dampak atau 20 persen.
Karena itu, prinsip pareto juga dikenal dengan prinsip 80/20.
Ternyata, prinsip 80/20 tersebut secara berkebalikan berlaku pula untuk hal relasi atau menjalin suatu hubungan, baik antar-perorangan maupun dalam scope yang lebih besar seperti dalam pelayanan atau komunitas di gereja.
Memang kita belum ada yang sempurna, masing-masing masih memiliki kekurangan maupun kelebihan. Namun, jika kita hanya berfokus pada 20 persen saja kekurangan dan kelemahan seseorang maupun komunitas atau organisasi yang ada, dan bukannya mensyukuri, menghargai, mendukung atau membangun banyak hal baik maupun potensi yang pasti ada atau 80 persennya, maka mungkin ada yang salah dengan diri kita dan sesungguhnya akan mengalami kerugian.
Jadi, dalam hal usaha maupun manajemen waktu, fokuslah pada 20 persen aktivitas ataupun hal yang sangat berarti agar menghasilkan 80 persen dampak yang baik; dan sebaliknya dalam hal relasi, mari fokus pada hal-hal baik yang ada atau 80 persennya, bukan pada kekurangan dan kelemahan atau 20 persen yang ada.
Efesus 4 : 16, "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih."
~ FG