Istri saya pernah mengingatkan sebuah kebenaran kepada saya bahwa saat kita berhenti memikirkan atau berfokus pada diri sendiri saja, kita akan dapat mulai memikirkan tentang ataupun menolong orang lain, keluarga, organisasi atau tempat kita bekerja dan melayani, serta bahkan memberi dampak bagi masyarakat, kota ataupun bangsa.
Sesekali memang perlu memperhatikan diri, tetapi sebaiknya tidak melulu segala sesuatu itu berporos pada diri sendiri saja.
Saat sepertinya kita sangat ingin memaksa supaya kehendak kita yang terjadi, sedangkan kehendak Tuhan berkata lain, sulit bagi kita menaati ataupun tunduk pada-Nya. Namun, momen terbaik dan terindah adalah ketika kita mencoba belajar berhenti berkata, "Ini mauku, Tuhan," lalu mulai bertanya, "Apa yang Kauinginkan, ya Tuhan?" dan itu yang kita lakukan.
Allah pasti menghargai orang-orang yang mengabdi kepada-Nya sepenuh hati, mengasihi Dia dengan setia, dan memihak pada tujuan-Nya. Yesus sendiri pernah memberi panutan agar bukan kehendak-Nya sendiri yang terjadi karena harus menjalani penderitaan menanggung dosa manusia dan memikul salib, melainkan kehendak Bapa sajalah yang jadi.
2 Tawarikh 16:9a (BIS)
TUHAN mengawasi seluruh bumi untuk memberikan kekuatan-Nya bagi orang-orang yang setia kepada-Nya.
Sebab, mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk menunjukkan kekuatan-Nya kepada mereka yang berpaut sepenuh hati kepada-Nya. (AYT)
Karena mata TUHAN memperhatikan seluruh permukaan bumi, untuk mencari orang-orang yang hatinya sungguh tulus terhadap Dia, untuk menunjukkan kebesaran kuasa-Nya dengan jalan menolong mereka. (FAYH)
Kita akan mulai benar-benar hidup untuk Tuhan saat kita berhenti hidup hanya bagi diri sendiri.
1 Petrus 3:12 (TSI)
Karena mata Tuhan selalu tertuju kepada orang yang hidupnya benar, dan telinga Tuhan selalu terbuka untuk mendengarkan doa mereka, tetapi tertutup untuk doa orang-orang yang melakukan kejahatan.
Pastikan komitmen kita hanya sepenuhnya kepada Tuhan. Berserahlah pada kehendak-Nya yang sempurna. Apa pun yang terjadi, apa pun yang sedang kita alami dan hadapi.
Kami merasa, bahwa ajal kami hampir sampai. Kami sadar, bahwa kami tidak berdaya menolong diri sendiri. Tetapi hal itu baik, sebab dengan demikian kami menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Allah. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kami, karena orang mati sekalipun dapat dibangkitkan-Nya. (2 Kor. 1:9, FAYH)
Berusahalah untuk hidup di dalam Aku dan biarlah Aku hidup di dalam kalian. Karena carang tidak dapat berbuah apabila dipisahkan dari pohonnya. Begitu pula kalian tidak dapat berbuah lebat apabila terpisah dari Aku. (Yoh. 15:4, FAYH)
~ FG