Lukas 4 : 1 – 2a
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis.
Jika Yesus Anak Allah yang hidup saja dicobai, apa yang membuat kita mengira atau merasa bahwa kita takkan mengalami pencobaan ataupun godaan selama masih di dunia ini?
Menurut catatan Full Life, suatu unsur penting dari pencobaan yang dialami Yesus adalah bagaimana Ia akan memakai urapan yang diterima-Nya dari Bapa. Sebab Ia dicobai untuk menggunakan urapan serta kedudukan-Nya demi kepentingan sendiri, memperoleh kemuliaan daripada menanggung salib, dan mengikuti kemauan orang-orang Israel menjadi Mesias yang populer atau sensasional.
Si Jahat masih mencobai para pemimpin Kristen sekarang supaya menyelewengkan urapan, kedudukan, serta kemampuan bagi kepentingan diri, memburu kehormatan sendiri, maupun menyenangkan manusia daripada menyukakan hati Allah. Pada dasarnya, orang-orang yang berkompromi dengan Iblis demi kepentingan diri sendiri telah memperhamba kepada Iblis.
Bahkan si Jahat pun terus-menerus mencari kesempatan ataupun menunggu waktu yang tepat untuk mencobai Dia.
Lukas 4 : 13 (TSI)
Sesudah Yesus dicobai dengan berbagai cara seperti itu, iblis pergi meninggalkan Dia. Tetapi iblis sedang mencari kesempatan lain untuk mencobai Dia.
After the devil had tempted Jesus in every way, he went away to wait until a better time. (versi ICB atau International Children's Bible)
That finished the devil's harassment for the time being. So he stood off at a distance, retreating until the time came to return and tempt Jesus again. (versi TPT atau The Passion Translation)
Ingat, mengejar kesuksesan, kesenangan ataupun keinginan materi di luar jalan serta tujuan Allah pasti menghasilkan kekecewaan serta berujung pada kegagalan. Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran bahwa kita harus mencari dulu Kerajaan Allah, yaitu kegiatan dan kuasa-Nya dalam hidup kita, maka barulah hal-hal penting lainnya akan dikaruniakan bagi kita sesuai jalan dan kehendak-Nya.
Tetaplah mengandalkan Dia dan menanti-nantikan pertolongan-Nya.
Ibrani 4 : 15 (BIS)
Imam Agung kita itu bukanlah imam yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya, Ia sudah dicobai dalam segala hal, sama seperti kita sendiri; hanya Ia tidak berbuat dosa!
1 Petrus 3 : 17 (TSI)
Karena itu ingatlah: Kita tidak perlu malu menderita karena kita hanya melakukan hal-hal yang baik saja—kalau hal itu terjadi sesuai dengan kemauan Allah. Tetapi kalau kita menderita karena melakukan hal-hal yang jahat, seharusnya kita malu.
~ FG