Manny "PacMan" Pacquiao kita tahu adalah seorang petinju legendaris dari Filipina dan memenangkan banyak gelar di puluhan pertandingan tinju kelas dunia. Namun, awal perjalanan kariernya dimulai dengan kisah pilu.
Jika dua hari yang lalu kita belajar tentang pengaruh ibu, nah hari ini kita akan sedikit lagi mengetahui pengaruh besar seorang ayah terhadap anaknya.
Konon, pria bernama asli Emmanuel Dapidran Pacquiao yang lahir 17 Desember 1978 di kota Kibawe, Filipina ini melarikan diri, kabur dari rumah pada usia 12 tahun setelah bersitegang dengan ayahnya, yang diakuinya pula telah menjagal anjing kesayangannya, serta memasak dan memakannya.
Akhirnya, Manny tinggal dan tidur di jalanan kota Manila, serta bertahan hidup dengan berbagai cara di sana, sampai kemudian berlatih tinju secara profesional dan meraih prestasi internasional.
Meski belum tentu bila tak lari dari rumah waktu itu menjamin Manny takkan jadi atlet seperti sekarang, namun dapat kita lihat betapa besar pengaruh atau dampak seorang ayah. Entah buruk maupun baik pengaruh yang diberikan ayah serta diterima oleh anak, maka kemungkinan akan demikian pula buruk ataupun baik hasilnya. Dan entah apa jadinya seandainya dahulu ayahandanya sangat mendukung dan mendidik Manny dengan baik.
Walau mereka berdua telah berekonsiliasi, serta pelatih Freddie Roach menjadi figur ayah bagi PacMan, kita pelajari bahwa seorang anak, laki-laki maupun perempuan, membutuhkan pengaruh yang sangat baik dari seorang ayah. Firman Tuhan mengingatkan, terutama kita sebagai para ayah maupun ibu :
Kolose 3 : 21 (BIS) Saudara-saudara yang menjadi ayah! Janganlah menyakiti hati anak-anakmu sehingga mereka menjadi putus asa.
Dan bapa-bapa, janganlah membuat anak-anakmu sakit hati. Kalau melakukan seperti itu, mereka tidak akan bersemangat untuk hidup dengan baik. (versi TSI)
Hai para orang tua, janganlah terlalu menuntut dari anak-anakmu, agar mereka tidak putus asa. (KSKK)
Hai ibu bapa, janganlah sakiti hati anak-anak supaya mereka tidak menjadi tawar hati. (TMV)
Para bapa, janganlah menegor anak-anak Saudara terlampau keras, sehingga mereka menjadi tawar hati dan patah semangat. (FAYH)
Matthew Henry mengatakan, sifat buruk ataupun teladan orangtua yang gegabah atau kurang bijak dan keterlaluan sering kali terbukti menjadi penghalang serta batu sandungan bagi anak-anak dan dalam hidup mereka.
Marilah memberi pengaruh yang sangat baik bagi anak-anak dan keluarga kita.
~ FG