Bersyukurlah untuk ibu kita yang tidak pernah mau menyerah serta senantiasa memperjuangkan anak-anaknya agar menjadi orang-orang yang berhasil, terutama takut akan Tuhan.
Seorang guru pernah mengatakan kepada salah satu murid kecilnya bahwa ia anak yang dungu. Teman-temannya pun mengatakan hal yang sama karena ia selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh menurut mereka, walau padahal sebenarnya ia telah mengetahui jawaban benarnya sendiri. Sering kali pun ia mengalami persekusi (bullying) dan dihukum berdiri di depan kelas oleh gurunya tanpa alasan yang jelas.
Anak itu adalah Thomas Alva Edison.
Puji Tuhan, karena ibunya tidak mau mendengarkan apa kata guru-guru maupun teman-teman anaknya itu ketika ia menceritakan apa yang dialami di sekolah. Bahkan bersama putranya tersebut, mereka menyambangi sekolahnya dan melabrak guru-gurunya yang mengata-ngatai anaknya.
Ibunya percaya, Edison kecil adalah anak yang cerdas, berbakat dan berpotensi. Edison pun sangat bangga terhadap mamanya tersebut.
Di kemudian hari, saat ia telah berhasil membuat penemuan-penemuan, Edison berkata tentang ibundanya,
"She cast over me an influence which has lasted all my life. The good effects of her early training I can never lose. My mother was always kind, always sympathetic, and she never misunderstood or misjudged me."
(Ibu saya memberi pengaruh luar biasa bagi saya yang bertahan sepanjang hidup. Saya takkan pernah dapat melupakan pengajaran-pengajaran darinya. Ibu saya selalu baik hati, penuh empati, dan tak sekali pun beliau menghakimi ataupun salah menilai saya).
Jika ibunya menyerah waktu dulu, mungkin takkan ada bohlam atau bola lampu yang menerangi kita sekarang.
2 Tim. 1 : 5 (FAYH)
Aku tahu betapa besar imanmu kepada Tuhan, seperti halnya iman ibumu Eunike dan nenekmu Lois; dan aku yakin bahwa imanmu di dalam Dia tetap sebesar semula.
~ FG