Sebuah renungan memberi judul But If Not (Tetapi Seandainya Tidak) menceritakan tentang kisah tiga teman Daniel.
"Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: 'Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu'" (Dan. 3:16-18).
Tim Heitz pernah memparafrasakan:
"My God whom I serve is able to deliver me, but if not I will still praise Him" (Allah sanggup menolongku, tetapi seandainya Ia tidak menolong, aku akan tetap percaya pada-Nya).
Kadang mungkin kita merasa berat untuk memuji atau menyembah, dan tidak mudah tetap percaya Dia karena kita sedang berada di dalam suatu masalah, terutama yang pelik.
Seandainya hubungan bersaudara konflik terus-menerus…
Seandainya istri ataupun suami meninggalkan rumah dan lama belum kembali…
Seandainya di-PHK dan belum memperoleh pekerjaan yang baru…
Seandainya anak sedang tergolek lemah karena sakit…
Masihkah kita mau tetap memuji, menyembah dan mempercayai Dia? Sebab suatu kelak iman kita semua akan diuji. Namun, selalu ingatlah bahwa apa pun keadaan kita atau tampak sesuram apa pun, Allah tetaplah Allah.
"Ya, Ia akan menjawab mereka dengan segera! Tetapi persoalannya ialah: Apabila Aku, Mesias, kembali, berapa banyak orang yang akan Kudapati beriman?" (Lukas 18:8, FAYH)
"Kesehatanku mundur; semangatku patah, namun Allah tetap sama. Dialah kekuatan hatiku. Dialah milikku untuk selama-lamanya." (Mazmur 37:26, FAYH)
Bersyukurlah bila Tuhan menyertai kita sampai di titik kita ada saat ini. Dan saat akhirnya Ia menolong serta memulihkan kita, tetaplah memuji, menyembah dan mengasihi Dia.
(FG)