Pada 7 Agustus 1984, Gabriela Andersen-Schiess seharusnya sudah menyerah, atau setidaknya bisa saja begitu. Namun, perempuan berusia tiga puluh sembilan tahun waktu itu menolak menyerah.
Di olimpiade yang pertama kali menyertakan jenis lomba lari maraton untuk wanita dengan berlari sejauh 42,195 kilometer tersebut, Gabriela Andersen-Schiess atau Gaby yang berasal dari Swiss ini bertanding melawan para atlet negara-negara lain.
Karena cuaca panas menyengat hari itu serta Gaby pun sempat terlewat menerima air di pos penyediaan, memasuki kilometer-kilometer terakhir tubuhnya benar-benar kewalahan. Jika dia memilih berhenti saja, maka usailah sudah baginya. Tetapi, dia mau mengerahkan segenap usaha dan dayanya untuk terus bertanding, sekalipun harus dengan berjalan setengah berlari.
Sesampainya di gelanggang utama, tim medis telah bersiap sedia di samping jalur mengiringinya seraya dia berjuang sempoyongan. Asalkan dia tahu ke mana arah melangkah, menurut dokter, serta masih mengeluarkan keringat, maka tidak apa-apa jangan ditolong dulu sebelum menyelesaikan pertandingan.
Mendengar sorakan dukungan dari ribuan penonton yang masih hadir pun membuat Gaby bersemangat tetap "berlari". Ini pun mengajarkan kita pentingnya sebuah dukungan, terutama dari-Nya yang lebih berharga. Hingga akhirnya, Gabriela Andersen-Schiess menamatkan pertandingan sampai garis finis, menitikkan air mata, penuh kebanggaan.
Kita pun sebenarnya sedang bertanding dalam suatu pertandingan rohani, dan kita mempunyai tujuan yang pasti.
Jadi, saya berlari menuju sasaran yang pasti. Saya berjuang untuk menang. (1 Kor. 9:26 a, BSD)
Jadi, saya tidak berlari dalam perlombaan rohani ini seperti orang yang berlari tanpa sasaran yang pasti. Contoh pertandingan lainnya, saya tidak bersikap seperti petinju yang asal meninju dan pukulannya tidak kena pada sasaran. (1 Kor. 9:26, TSI)
Tujuan kita adalah menerima panggilan surgawi, yaitu kehidupan kekal di rumah Bapa di surga. "Sama seperti saya ikut lomba lari, mata saya tetap tertuju kepada sasaran—yaitu hadiah kemenangan yang sudah disiapkan bagi saya di surga! Dan memang kita yang bersatu dengan Kristus Yesus sudah dipanggil oleh Allah untuk mencapai sasaran surgawi itu" (Filipi 3:14, TSI).
Segala kehormatan yang teraih melalui kemenangan yang ada pun adalah demi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus saja. Lagipula, jika semua kehormatan serta kemuliaan itu kembali pada manusia ataupun diri sendiri, maka percuma dan sia-sia.
"My country did not send me 5,000 miles to start the race. They sent me 5,000 miles to finish the race" (Negeri saya tidak mengirim saya jauh-jauh hanya untuk memulai dan mengikuti pertandingan, tetapi untuk turut sampai menyelesaikannya). ~ John Stephen Akhwari
(FG)