Penundukan diri bukanlah menjadi 'yes man' atau seseorang yang memiliki prinsip ABS ("Asal Bapak/Bos Senang") sehingga menghalalkan segala cara, melainkan lebih pada sungguh-sungguh tulus menaati, mau mendengarkan, maupun melaksanakan arahan dan perintah yang ada. Sekalipun mungkin tak dapat kita merasakan ataupun melihat faedah & manfaatnya sekarang, semoga suatu saat kelak ada berkat dan kita mengetahui makna dari sikap hati yang mau menundukkan diri.
Memberi masukan, saran, ataupun kritik membangun pun, jika sungguh-sungguh lahir dari hati yang peduli serta supaya ada hasil yang lebih baik lagi, bukanlah memberontak atau tidak menunjukkan penundukan diri sama sekali. Sebab teguran yang berangkat dari kepedulian adalah bagian dari kasih. Daripada hanya terlihat baik serta taat di depan orang-orang, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian di belakang mereka.
"Lebih baik teguran yang terang-terangan daripada kasih yang tidak diungkapkan." (Ams. 27:5, BIS)
Kritik yang terus-terang lebih baik daripada kasih yang tersembunyi. (VMD)
Mari kembalilah pada sikap hati yang satu ini, yaitu terus belajar memiliki penundukan diri, terutama kepada Tuhan.
"'Sekarang bagaimana pendapatmu tentang hal ini?' kata Yesus selanjutnya. 'Adalah seorang ayah yang mempunyai dua anak laki-laki, ia datang kepada anaknya yang pertama dan berkata, 'Nak, pergilah bekerja di kebun anggur hari ini.' Anak itu menjawab, 'Baik, Ayah!' Tetapi ia tidak pergi. Lalu ayah itu datang kepada anaknya yang kedua dan mengatakan hal yang sama. Anak itu menjawab, 'Saya tidak mau,' tetapi kemudian berubah pikiran lalu pergi juga. Dari antara kedua anak itu, yang manakah yang melakukan kehendak ayahnya?' 'Yang kedua,' jawab imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi itu.
"'Karena Yohanes Pembaptis datang, dan menunjukkan kepada kalian cara hidup yang dikehendaki Tuhan, namun kalian tidak mau percaya pada ajarannya; tetapi penagih-penagih pajak dan wanita-wanita pelacur percaya kepadanya. Tetapi meskipun kalian sudah melihat semuanya itu, kalian tidak juga mengubah pikiranmu dan tidak percaya kepada Tuhan.'" (Mat. 21:28-32, BIMK)
(FG)