Suatu hari, seorang industrialis ditanyai oleh seorang jurnalis tentang seberapa cukup sih rasa cukup itu.
Dengan hampir merapatkan antara jempol dan jari telunjuk di depan wajah, industriawan itu mengatakan, "Sedikiiit lagi," untuk menjawab pertanyaan jurnalis apakah 100 miliar dolar itu cukup.
Pengusaha kaya raya itu selalu menandakan dengan kedua jarinya tadi serta menjawab seperti itu, "Sedikiiit lagi," ketika wartawan tersebut menambahkan jumlah nominal uang untuk menyatakan apakah sebanyak itu supaya merasa cukup.
Kita manusia memang cenderung merasa kurang cukup. Tetapi, hal yang luar biasa serta terpuji ialah ketika bahkan dalam kekurangan pun masih sanggup dan mau berbagi ataupun menolong orang lain. Dan mungkin hanya orang-orang yang telah merasa cukuplah yang dapat berbuat seperti itu.
Bagaimana dengan kita? Sanggupkah kita merasa cukup dengan apa yang Tuhan berikan dan percayakan bagi kita, lalu mau berbagi serta menolong orang lain, atau terlalu egoiskah kita untuk mengejar segala sesuatu serta menyimpan semua itu untuk diri sendiri?
"Janganlah biarkan aku mengatakan dusta. Dan jangan biarkan aku terlalu kaya atau terlalu miskin — berikanlah kepadaku hanya keperluanku setiap hari. Jika aku memiliki lebih daripada yang kubutuhkan, aku menganggap aku tidak membutuhkan-Mu, ya TUHAN. Tetapi jika aku miskin, aku mungkin mencuri dan mempermalukan nama Allahku" (Amsal 30:8-9, VMD).
"Dengan telanjang, tanpa membawa apa-apa, aku keluar dari rahim ibuku, " katanya, "dan bila aku mati, aku pun tidak akan membawa apa-apa. TUHAN yang memberikan segala-galanya kepadaku dan Ia berhak mengambilnya kembali. Terpujilah nama TUHAN." ~ Ayub 1:21 (FAYH)
(FG)