Pada 25 Februari 1996, di pertandingan basket antara New York Knicks melawan Phoenix Suns, salah satu insiden yang paling memalukan di sejarah NBA terjadi.
Seorang pemain Knicks, yaitu J. R. Reid secara sengaja menyikut atlet Suns, A. C. Green setelah merasa tersenggol. Sikutan kerasnya membuat beberapa gigi dari Green tanggal dan terjatuh.
Apa yang terjadi selanjutnya? Jika atlet lain, mungkin akan emosional dan membalas perbuatan Reid, serta perkelahian atau perseteruan lebih ramai antara para pemain lainnya.
Namun, tidak demikian halnya yang dilakukan A. C. Green. Sebagai anak Tuhan, ia tidak membalas perlakuan lawannya tersebut, melainkan malah tetap tenang dan menguasai diri, dan sambil mencari serta memungut gigi-giginya di lantai lapangan supaya segera mendapat pertolongan medis.
Memang tidak mudah untuk tidak membalas. Banyak kita pasti memiliki kecenderungan untuk membalas, terutama perlakuan kurang baik dari orang lain. Dan biasanya pun kita malah cenderung melupakan atau tidak mau membalas budi perbuatan baik yang pernah orang lain lakukan terhadap kita.
Menguasai diri pun ialah satu dari sembilan buah Roh yang Tuhan ajarkan pada kita (Gal. 5:22-23). Lagipula, siapakah yang dapat lebih menahan untuk tidak membalas perbuatan buruk orang lain, selain Tuhan Yesus sendiri yang rela menderita demi menebus dosa kita semua?
"Jika Saudara tidak ingin menjadi lemah dan putus asa, ingatlah akan kesabaran Yesus pada waktu Ia dianiaya oleh orang-orang berdosa" (Ibrani 12:3, FAYH).
"I am in this environment, but the environment doesn't dictate the norms.Clean living has been very huge, making sure my body gets rest, so it will be able to perform when I call on it. Making sure I'm spending my time reading the Bible, making sure my spiritual man gets fed as well as my physical man. That's my whole approach." ~ A. C. Green
(FG)