Seorang pemerhati serta ahli bidang penerbitan, terutama dalam buku-buku kekristenan di Indonesia, Otniel Sintoro pernah menjelaskan bahwa pada umumnya institusi yang berbasis keagamaan sering kali hanya terjebak pada formalisme atau ritual agamawi.
Juga menurut beliau, padahal dalam sebuah budaya organisasi itu ada tiga level, yaitu artifacts (artefak), values (nilai-nilai yang dianut), serta basic underlying assumptions (keyakinan mendasar). Namun, pada umumnya kultur suatu institusi hanyalah berhenti pada level tampilan luarnya atau artefak.
Sangat sedikit atau mungkin dapat dihitung dengan jari, organisasi-organisasi yang menerapkan bagian yang ketiga tadi, yakni basic underlaying assumptions atau keyakinan dan prinsip-prinsip yang tertanam dalam pikiran seseorang sehingga dapat langsung melakukan/mempraktikkan yang ia percayai.
Janganlah sampai kita menjadi seperti orang-orang Farisi ataupun para ahli Taurat yang pernah secara panjang lebar ditegor oleh Tuhan Yesus sendiri:
"Hai setiap kamu yang mau menjadi penuntun jalan bagi orang-orang lain, padahal kamu sendiri buta! Caranya kamu mengikuti perintah Allah bisa digambarkan seperti seseorang yang mengeluarkan semut kecil dari air minumnya, tetapi seekor unta yang ada di dalam air minumnya langsung ditelannya!
"Celakalah setiap kamu para ahli Taurat dan orang-orang Farisi! Kamu berpura-pura saja sebagai orang baik! Cara kamu mengikuti perintah Allah bisa digambarkan seperti orang yang hanya mencuci cangkir dan mangkuk pada bagian luarnya saja, tetapi lupa untuk mencuci bagian dalam yang sangat kotor. Begitu jugalah hati kamu penuh dengan kotoran—yaitu kamu tidak menguasai diri sendiri dan menipu orang untuk mendapatkan uang.
"Hai setiap kamu orang Farisi yang buta, sampai kapan kamu akan menyadari bahwa kamu harus membersihkan bagian dalam dulu, baru bagian luar juga akan menjadi bersih!
"Celakalah setiap kamu para ahli Taurat dan orang-orang Farisi! Kamu berpura-pura saja sebagai orang baik! Kamu seperti kuburan yang sudah dicat putih. Bagian luarnya memang kelihatan bagus, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang-belulang dan berbagai macam kotoran.
"Begitu juga dengan kamu, karena waktu orang lain melihat kamu dari luar, kamu kelihatan seperti orang yang benar. Tetapi sebenarnya hati kamu penuh dengan keinginan untuk melanggar perintah-perintah Allah dan hanya berpura-pura saja sebagai orang benar.
"Celakalah kalian para ahli Taurat dan orang-orang Farisi! Kalian berpura-pura saja sebagai orang baik! Kalian adalah keturunan para pembunuh nabi-nabi! Nenek moyang kalianlah yang membunuh para nabi, dan sekarang kalian membangun kembali kuburan-kuburan para nabi itu serta menghiasinya. Dan dengan mulut kalian berkata, 'Seandainya kami hidup di zaman nenek moyang kami, kami pasti tidak akan ikut bersama mereka membunuh orang-orang benar itu.' Tetapi dengan perkataan itu, sudah jelas bahwa kalian sendiri mengaku bahwa kalian adalah keturunan para pembunuh itu" (Matius 23:24-31, TSI)!
(FG)