Andrias Harefa, seorang pemerhati pendidikan bangsa Indonesia, pernah mengutarakan bahwa masih sedikit lebih baik apabila ada seseorang yang dikata-katai menyerupai seekor hewan tertentu, daripada apabila dikatakan bahwa ia lupa diri. Sebab dengan kata lain, jika seseorang lupa diri ataupun tidak tahu diri, ia tidak menyadari siapa dirinya sesungguhnya.
Mungkin banyak orang seperti itu di dunia ini. Bagaimana dengan kita? Cobalah mengintrospesksi diri kita. Sekalipun kita memiliki kecenderungan untuk lupa diri, janganlah sampai kita seperti itu.
Terutama dalam hal kerohanian maupun tentang mengingat kebaikan ataupun pengajaran yang telah Tuhan perbuat bagi hidup kita, orang-orang yang kita kasihi dan di sekitar kita. Mudahlah untuk mengingat siapa diri kita di hadapan-Nya, menolaklah untuk lupa akan kebaikan-kebaikan-Nya.
"Jika Saudara terus hidup demikian, secara rohani Saudara akan tumbuh menjadi kuat dan berbuah serta berguna bagi Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi siapa pun yang tidak menambahkan hal-hal di atas kepada imannya, betul-betul buta atau sekurang-kurangnya kabur penglihatannya. Ia sudah lupa bahwa Allah telah membebaskan dia dari hidup lama yang penuh dosa, supaya sekarang ia dapat menjalani hidup yang baik bagi Tuhan. Jadi, Saudara sekalian yang saya kasihi, berusahalah membuktikan bahwa Saudara benar-benar tergolong orang yang sudah dipanggil serta dipilih Allah, supaya Saudara tidak akan tersandung atau jatuh" (2 Petrus 1:8-10, FAYH).
"Ya, aku akan memuji TUHAN dan tidak melupakan segala kebaikan-Nya kepadaku." (Mazmur 103:2, FAYH)
"Hai jiwaku, pujilah TUHAN, dan jangan lupa betapa baik Dia." (VMD)
(FG)