Kerakusan adalah salah satu dari tujuh dosa mematikan, selain kesombongan, iri hati, kemarahan, kemalasan, ketamakan dan hawa nafsu (pride, envy, wrath, sloth, greed, gluttony, lust).
"Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Flp. 3:17-21).
Kita tahu, bagi beberapa orang saat menghadapi suatu masalah atau pencobaan tertentu, mungkin akan cenderung untuk menjadi rakus. Padahal tidak harus seperti itu, sebab kita masih dapat menanggulanginya dengan cara lain yang lebih positif, berharga dan berguna.
"Saya berkata begitu karena ada hal yang sangat menyedihkan hati saya: Seperti yang sudah pernah saya katakan berulangkali kepada kalian, sekali lagi saya ingatkan bahwa sekarang banyak orang yang mengakui diri mereka sebagai pengikut Kristus, tetapi hidup mereka bertolak belakang dengan apa yang Kristus perbuat melalui kayu salib-Nya" (ay. 18, TSI)!
"Cara hidup mereka akan membawanya ke dalam kebinasaan. Mereka tidak melayani Allah, hanya menyenangkan diri sendiri. Mereka melakukan yang memalukan dan bangga atas hal itu. Mereka hanya memikirkan hal-hal duniawi [kehidupan di dunia ini saja]" (ay. 19, VMD).
Menurut John Wycliffe, terkait ayat 19 ini, "Kesudahan mereka adalah kebinasaan, lawan dari keselamatan. Tuhan mereka, hal yang paling utama bagi mereka, adalah perut. Yang dimaksudkan bukan hanya kerakusan, tetapi segala bentuk pemuasan nafsu. Kebebasan yang mereka sangka benar, sebetulnya adalah perbudakan oleh nafsu yang memalukan dan mereka ditentukan untuk memikirkan hal-hal yang kotor dan duniawi."
Jagalah kesalehan, pertahankan kebiasaan yang baik. Dan lebih baik merasakan serta menikmati hadirat-Nya daripada terus-menerus termakan jebakan pencobaan ataupun selalu kalah terhadap godaan di dunia ini.
"Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya" (Rm. 16:18).
(FG)