Mungkin kita pernah ragu terhadap Allah. Bagaimana dengan sekarang? Masihkah, berkurangkah, atau malah bertambah?!
"Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menangkap dia, dan berkata, 'Petrus, Petrus, kau ini kurang percaya. Mengapa kau ragu-ragu kepada-Ku?'" (Mat. 14:31, BIS)
Ragu-ragu atau bimbang (doubt) di atas juga bisa berarti mengizinkan, membiarkan diri kita ditarik ke dua arah.
Dalam hidup ini, terkait prinsip yang dapat mempengaruhi masa depan, kita harus memilih antara: yang benar atau yang salah. Tidak bisa mendua hati. Tidak bisa satu kaki di cara-cara duniawi, satu kaki lainnya tetap rohani. Juga tidak bisa memilih netral. Sebab tidak memilih pun pilihan.
"Orang yang seperti itu tidak tetap pikirannya; ia tidak bisa mengambil keputusan apa-apa dalam segala sesuatu yang dibuatnya. Karena itu, tidak usah juga ia mengharapkan untuk mendapat apa-apa dari Tuhan" (Yak. 1:7, BIS).
"Orang seperti itu belum memutuskan dalam hatinya kalau dia akan percaya sepenuhnya dan mengandalkan Tuhan atau tidak. Dia tidak bisa maju karena pikirannya selalu berubah-ubah. Jadi orang yang seperti itu tidak usah berharap doanya akan dijawab Tuhan" (TSI)!
"Orang yang meragukan Allah tidak akan pernah tenang dalam menjalani hidupnya" (Yak. 1:8, AMD).
Dalam balet, ada istilah pas de deux, yaitu melangkah bersama-sama. Bahkan sang penari pria (danseur) seolah ingin mengutamakan sang penari wanita (ballerina) dengan mengangkat, memutarnya dan gerakan lainnya. Gerakan-gerakan yang tak dilakukan sendirian. Mesti ada interaksi. Tanpa ragu, tidak niat, atau ogah-ogahan. Jika salah satu penari, entah pria ataupun perempuan, ragu-ragu melangkah, ogah-ogahan, ataupun mengabaikan, akan sangat buruk dipandang.
Bagaimana kita dengan Dia yang terlebih rindu mengangkat serta membawa kita menuju hal-hal besar dan luar biasa bersama-Nya? Jadi, jangan ragukan Allah. Bekerjasamalah dengan-Nya.
(FG)