Apakah kita sering merasa diri lebih baik daripada orang lain?
"Akan tetapi, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit. Sambil memukul-mukul dada tanda menyesal ia berkata, 'Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa!'" (Luk. 18:13, Shellabear)
Ia menyadari dosanya, kesalahannya, dan dengan pertobatan yang sejati ia berpaling dari dosa, lalu kembali ke Allah untuk memperoleh pengampunan & kasih karunia.
Bahkan, pemungut pajak itu bukan hanya memandang diri sebagai pendosa biasa, melainkan yang terburuklah di antara orang-orang yang berbuat dosa lainnya.
DARIPADA merasa diri lebih baik daripada orang lain, lebih baik benar-benar menjadi diri yang lebih baik daripada diri kita yang sebelumnya.
"Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: 'Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.' Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: 'Ia menumpang di rumah orang berdosa.' Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: 'Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.' Kata Yesus kepadanya: 'Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.'" (Luk. 19:1-10)
(FG)