"Maka berangkatlah ia pulang kepada ayahnya. Masih jauh dari rumah, ia sudah dilihat oleh ayahnya. Dengan sangat terharu ayahnya lari menemuinya, lalu memeluk dan menciumnya." (Lukas 15:20, BIMK)
Orang kaya pada zaman dulu, khususnya gambaran seorang bapa pada ayat di atas, seharusnya tidak berlari-lari saat ada suatu urusan. Karena dapat menurunkan derajatnya sebagai orang kaya. Tetapi, saat ia melihat anaknya yang telah hidup sesat mau bertobat dan kembali walau berpakaian lusuh, ayahnya itu rela berlari mendapatkannya. Bahkan memeluk, dan—satu kata yang mungkin banyak kita lewatkan—menciumnya.
Kata belas kasihan maupun terharu pun dalam bahasa aslinya, Yunani, memakai kata 'splagchnizomai' yang berasal dari kata splagchnon yang artinya perut (Inggris: bowels), dan mengandung arti rasa terharu atau belas kasihan yang amat mendalam sampai rasanya ke perut.
Terlebih lagi Bapa kita di surga terhadap kita.
Tuhan Yesus pun bukan sekadar berlari, melainkan rela turun ke dunia, berinisiatif menebus dan mengampuni dosa-dosa kita. Ia memeluk dengan kasih-Nya, dan kiranya pelukan Allah pun lebih berarti daripada pelukan lainnya. Kita pun menerima kiss of heaven atau sukacita surga dan berkat damai sejahtera. Pernahkah Anda seperti itu terhadap orang-orang berdosa yang membutuhkan belas kasihan? Ataukah justru kita berlari menghindari dan malah menjadi hambatan bagi mereka mengenal Tuhan Yesus?
"We have the power of loving, because he first had love for us [Kita mempunyai kekuatan untuk mengasihi, sebab Ia telah terlebih dulu mengasihi kita]." (1 Yoh. 4:19, BBE)
(FG)