Kita tahu bahwa menurut kabar, konon seorang kosmonaut (astronaut untuk bangsa Rusia) terkenal pernah mengatakan, sesampainya di luar angkasa, ia tidak melihat adanya Tuhan.
Entah benarkah ia menyatakan seperti itu atau tidak, dan meskipun teknologi itu penting, tetapi jika kita terlalu mengandalkan sains atau ilmu pengetahuan semata-mata, maka kerohanian kita sempit. Akan sangat berbeda halnya apabila seorang yang sangat mengasihi Tuhan dapat berada di luar angkasa, ia akan mengagumi kebesaran-Nya! Sebab memang alam semesta melukiskan kebesaran Tuhan.
"Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Ia berkendaraan melintasi langit sebagai penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan." (Ul. 33:26)
"Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!" (Mzm. 68:4)
"Bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat!" (Mzm. 68:33)
Jika kita berandai sedikit saja, para kosmonaut atau astronaut tadi itu pun masih kalah dari Henokh dan Elia yang tanpa peralatan secanggih apa pun sudah dapat melintasi langit, bahkan menuju surga!
2 Raja-raja 2:11, "Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai."
Kejadian 5:24, "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah."
"When a Russian cosmonaut returned from space and reported that he had not found God, C. S. Lewis responded that this was like Hamlet going into the attic of his castle and looking for Shakespeare." ―Timothy Keller