Jika mau jujur, apakah kita lebih memilih ingin menerima dan mengalami pemulihan, berkat, mukjizat, pertolongan, ataukah lebih pada memilih Pribadi yang memberikannya yakni Tuhan sendiri, serta hadirat-Nya?
Pemulihan, berkat, pertolongan memang boleh-boleh dan sah-sah saja, tetapi akankah berhenti saat sekadar menerima semua itu?
Sebab berkat, pemulihan, maupun mukjizat dan pertolongan tidak mengubahkan seseorang secara sejati. Umat Israel menerima banyak sekali semua hal itu, tetapi sering kali menyakiti hati Tuhan. 10 orang kusta pun yang mengalami kesembuhan pun berapa orang yang kembali mengucap syukur, selain hanya satu orang.
Lukas 17:17 (TSI), "Lalu Yesus berkata, 'Bukankah ada sepuluh orang yang sudah Aku sembuhkan?! Kenapa yang sembilan tidak kembali?'"
At this Jesus said: "Were not all ten made clean? The other nine, where are they?" (REB)
Then Jesus said, "I healed ten lepers! …I am disappointed that the other nine did not come back!/Where are the other nine?" (DEIBLER)
Bagaimana dengan kita?
Masihkah kita senantiasa mengutamakan dan mengandalkan Allah daripada yang lainnya dalam setiap hal, serta mengingat, menyimpan selalu dalam memori untuk kebaikan-kebaikan hati-Nya sampai saat ini di hidup kita?
Mazmur 103:2 (FAYH), "Ya, aku akan memuji TUHAN dan tidak melupakan segala kebaikan-Nya kepadaku."
Hai jiwaku, pujilah TUHAN, dan jangan lupa betapa baik Dia. (VMD)
O my soul, bless GOD, don't forget a single blessing! (MSG)
~ FG