GBI PRJ (CK7)

Jangan sampai kata-kata yang sama, sesuai firman berikut ini, Tuhan nyatakan lagi di akhir zaman karena melihat kehidupan kita yang membuat Dia sangat sedih dan menyesal. Melainkan, jadilah seperti Nuh yang memperoleh kasih karunia di mata-Nya.

Kejadian 6 : 5 - 8 
Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah Tuhan : Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka. Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.

Bersyukur, di tengah-tengah Tuhan sangat menyesal serta sedih melihat umat manusia, masih ada orang-orang yang seperti Nuh. Ada tiga bagian yang bisa kita pelajari dari kehidupan Nuh. 

• BAGIAN TUHAN :
Hidup pun bukan sekadar soal kaya-miskin, cantik-jelek, tua-muda, terkenal atau tidak, melainkan menjadi golongan yang akan dimusnahkan ataukah golongan yang mendapat kasih karunia. Jadilah pribadi-pribadi yang termasuk golongan kedua. Bagian Tuhan ialah memberikan kasih karunia. Jadi, jangan sia-siakan. Jangan berbuat dosa lagi ataupun mencobai Dia dengan menyalahgunakan kesempatan dan kepercayaan yang Ia berikan, serta menunda-nunda pertobatan (Lukas 23 : 41 - 43).

Berbahagia itu bukan sekadar kaya, terkenal, pintar, dan punya segalanya, melainkan saat  memperoleh kesempatan, pengampunan, perkenanan serta penyertaan Tuhan (Roma 4 : 6 - 8). Jadi, jangan main-main dengan kasih karunia sehingga Ia menutup pintu anugerah-Nya (Kejadian 7 : 16b, Matius 25 : 10). Seriuslah bersama Tuhan, sebab Iblis berusaha mengelabui.

• BAGIAN KITA :
Bagian Tuhan adalah memberi kasih karunia, bagian kita ialah untuk memeliharanya. Setelah menerima keselamatan maupun kasih karunia, tugas kita bukanlah berleha-leha, melainkan memelihara keselamatan dan ada harga yang harus kita bayar. Tuhan memberi makan manna bagi Israel waktu di padang gurun, dan mereka harus memungutnya setiap hari. Demikian juga Nuh menerima perintah Tuhan, dan ia yang harus mengerjakannya. Membangun bahtera itu mungkin mudah, tetapi membangun karakter seperti Yesus itulah yang susah. Memang bukan hal mudah, karena itulah kita memerlukan kasih karunia-Nya dalam hidup kita.

Bukan harta ataupun kepintaran yang Tuhan rindukan, sebab Ia Empunya segala sesuatu, melainkan Ia terlebih rindu buah Roh dalam hidup kita (Markus 11 : 12 - 14). Jangan cuma sudah lama jadi orang Kristen, melayani bertahun-tahun, hapal firman, namun Tuhan tidak melihat buah pertobatan dalam hidup kita sehingga Ia sangat sedih. Ia pun tidak tergila-gila dengan kegiatan kita, melainkan rindu melihat adanya buah dalam kehidupan kita.

Membangun karakter seperti Yesus tidak akan mungkin dengan kemampuan sendiri. Kita harus punya komitmen pada firman Tuhan. Jadi, bukan tergantung situasi atau kondisi, maka baru mencocokkan diri dengan firman.

Untuk menyerupai karakter Yesus, kita juga perlu kesehatian yang dimulai dari keluarga, gereja, dan komunitas COOL kita. Waktu ada kesehatian, akan ada kuasa luar biasa. Untuk bisa sehati, mesti mau belajar menerima kekurangan serta kelemahan orang lain dan jangan egois. Terutama, kesehatian dengan firman Tuhan. 

Kemudian, harus ada kepekaan. Seperti halnya Nuh yang peka mendengar suara Tuhan sehingga ia taat sesuai perintah-Nya. Untuk peka mendengar suara Tuhan perlu keintiman dengan Tuhan. 

Selain itu, kita perlu menghormati pemimpin, seperti halnya anggota keluarga Nuh terhadapnya. Bagaimana sikap kita dalam gereja kepada gembala, dalam rumah tangga terhadap imam yakni suami, dan hal lainnya ?

Jadi, perlu keempat modal tadi untuk membentuk karakter seperti Tuhan Yesus dalam hidup kita : komitmen pada firman, kesehatian, kepekaan mendengar suara Tuhan, dan menghormati pemimpin.

Iblis tidak akan tinggal diam. Ia tidak ingin anak-anak Tuhan membangun bahtera kehidupan ataupun karakter Yesus. Sebab Iblis tahu waktu kita membangun karakter Yesus dalam hidup kita, maka ada kuasa luar biasa dan kita bisa menaklukkan segala masalah dalam kehidupan kita. Iblis cukup mencari celah sekecil apa pun, dan jika kita biarkan, maka tunggu waktunya kita akan hancur. Sebab tugas Iblis ialah cari celah dan menghancurkan kehidupan anak-anak Tuhan. Hari-hari ini, apabila masih ada celah yang kita biarkan, cepat selesaikan bersama Tuhan. Sebab celah kecil dapat membuat bahtera besar tenggelam ke dasar lautan pada akhirnya.

• SEPULUH CELAH :
1. Kepahitan (Markus 11 : 25 - 26)
Tuhan tahu isi hati kita, walau orang lain tidak. Ketika belum ada pemberesan atau pengampunan, cepat-lambat bahtera kita akan bocor dan tenggelam. Ingat-ingatlah kebaikan orang lain, tetapi hapuslah kesalahan mereka. Belajarlah dari Yusuf yang mengampuni saudara-saudaranya yang memperlakukannya sangat jahat. Yusuf menjadi pribadi luar biasa karena mau mengampuni, bukannya menyimpan sakit hati ataupun kecewa.

2. Mudah Marah (Amsal 20 : 3)
Jangan pertahankan karakter mudah emosi, amarah yang meledak-ledak. Jika gampang marah, akan gampang juga jatuh dalam dosa. Iri hati pun membuat emosi kita tidak terkontrol. Ingat, salah satu buah Roh adalah penguasaan diri.

3. Pikiran Negatif (Ayub 3 : 25 - 26)
Iblis berusaha membuat pikiran kita kalut sehingga menjadi pribadi yang ragu-ragu, bimbang, dan berasumsi terhadap janji Tuhan. Jika kita izinkan pikiran menjadi liar, akibatnya merontokkan dan meruntuhkan bahtera kita. Karena itu, percayalah pada firman Tuhan dan miliki iman. Jangan terus hidup dalam ketakutan, sebab bahtera kehidupan kita bisa kandas dan hanyut ke dasar laut.

4. Bersungut-sungut (2 Tawarikh 20 : 22)
Sewaktu kita banyak melakukan pujian dan penyembahan serta bersyukur, di sana ada kekuatan dan pertolongan yang Tuhan sediakan serta berikan. Sungut-sungut, omelan, keluhan, membanding-bandingkan itu akan menjadi celah. Kalau terbiasa mengomel dan bersungut-sungut setiap hari, cepat atau lambat iman kita akan kandas dan bahtera kita hancur.

5. Hitung-hitungan dengan Tuhan
Jangan coba-coba pakai kalkulator dengan Tuhan, sebab Ia sendiri tidak hitung-hitungan terhadap kita. Ketika kita tidak setia, Ia setia. Tuhan pun tidak mengungkit-ungkit kesalahan. Ingat, Tuhan Yesus rela mati untuk kita, dan Ia naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita. Roh Kudus pun menjadi Penolong, Penghibur, dan memberi kita damai sejahtera yang berbeda dari dunia.

6. Egois
Nuh membangun bahtera bukan hanya untuk diri sendiri ataupun hanya keluarganya, melainkan berbagai makhluk hidup, bahkan mengundang jiwa-jiwa untuk ikut dan percaya. Kekristenan bukanlah sekadar tentang diri sendiri, melainkan menjadi pribadi-pribadi yang berdampak. Semakin kita egois, makin kita akan tenggelam.

7. Menghakimi Orang Lain
Evaluasilah diri kita, sudah sejauh mana hidup dan bagaimana hubungan kita dengan Tuhan ? Sebab seringkali kita hanya menilai orang lain, dan bukannya mengoreksi diri. Jika demikian dan menyalah-nyalahkan orang lain, kita tidak akan tahu keadaan hidup kita yang sesungguhnya. Tuhan pun bukan sekadar mencari kesalahan orang berdosa, melainkan pertobatan dan supaya mereka kembali kepada-Nya. 

8. Memberi Sisa-sisa Kepada Tuhan (Kejadian 4 : 3 - 5)
Banyak sekali anak Tuhan yang jatuh dalam area ini, yaitu hanya memberi sebagian atau bagian yang kurang  baik, bahkan "ampas" kepada Tuhan. Saat sukses, apakah kita lupa Tuhan ? Berbeda seperti waktu sakit, bangkrut, dan tidak bisa apa-apa, kita berkata kepada-Nya supaya memakai hidup kita. Di mana sewaktu kita masih produktif ? Jangan sekadar memberi sisa-sisa kepada Tuhan. Sudah berapa tahun kita mengabaikan Dia ? Jangan tunggu hidup hancur, bangkrut, dan tidak punya apa-apa, maka baru berkata mau dipakai Tuhan. Berikanlah yang terbaik, seperti halnya Habel, dan bukannya Kain yang hanya memberikan sebagian kepada-Nya. 

9. Mengeraskah Hati (Matius 5 : 5)
Jadilah lemah lembut, bukan lemah gemulai. Lemah lembut adalah setelah mendengar firman dan teguran Tuhan, maka mau berubah. Seringkali tanpa disadari, kita membuka celah pada Iblis melalui mengeraskan hati. Sewaktu mengeraskan hati, kita tidak akan bisa membangun bahtera. 

10.     Tidak Bertanggung Jawab
Jangan seperti Adam yang tidak mau bertanggung jawab, malah menyalahkan Hawa, dan membuat alasan-alasan lainnya.

Jangan menyia-nyiakan kesempatan serta kasih karunia yang masih Tuhan berikan. Selama kita masih dapat bernapas, hidup, dan sehat, carilah Dia sungguh-sungguh, datang kepada-Nya, dan meminta ampun atas kesalahan kita. Kiranya kita dapat membangun bahtera kehidupan dan karakter seperti Tuhan Yesus dengan lebih baik lagi.

Tuhan Yesus Memberkati