
Mungkin banyak dari kita, entah itu sebagai orangtua, pemimpin, ataupun seorang sahabat, dan lainnya, mengasihi dengan cara mengendalikan. Lalu, kita menyusun rencana-rencana, serta merasa telah melakukan sesuatu yang terbaik, dan berharap orang lain mengikutinya.
Kadang mungkin niat kita baik, tetapi cara-caranya yang salah, bahkan tak jarang melukai hati.
Allah Bapa kita yang di surga punya rencana besar dan rancangan yang indah bagi setiap kita, tetapi Dia tidaklah memaksa, melainkan membimbing, mengingatkan ataupun menegur, serta menanti dalam kasih setia-Nya.
Mazmur 103:13, "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia."
TUHAN mengasihi para pengikut-Nya seperti seorang ayah mengasihi anak-anaknya. (VMD)
Ia bagaikan seorang bapa bagi kita, lemah lembut dan mengasihani orang-orang yang menghormati Dia. (FAYH)
As parents feel for their children, GOD feels for those who fear him. (MSG)
Kasih Bapa bukanlah kasih yang menekan, melainkan kasih yang mengundang. Kasih yang berkata, "Pergilah, belajar, ambil keputusanmu; dan ketika kamu kembali, Aku tetap di sini."
Mungkin itulah sebabnya Yesus memanggil Allah Bapa dengan kata: "Abba." Bukan panggilan formal (father), tapi panggilan yang intim (daddy).
Semoga hari ini kita dapat belajar serta mengingat, bukan sekadar pada apa yang dilakukan oleh para ayah-ibu ataupun orangtua kita di bumi ini, melainkan lebih pada dari sifat serta karakter Allah Bapa kita yang di surga, bahwa kasih yang sejati tidaklah membentuk ataupun mengekang lewat kendali semata-mata, tetapi melalui kehadiran, dan bahwa Ia senantiasa menyertai.
"God sees us with the eyes of a Father. He sees our defects, errors, and blemishes. But He also sees our value. What did Jesus know that enabled Him to do what He did? Here's part of the answer: He knew the value of people. He knew that each human being is a treasure. And because He did, people were not a source of stress, but a source of joy." (Max Lucado)
~ JP