Daud sering kali mengalami kemenangan ketika dalam medan peperangan. Mengapa? Karena Tuhan yang memberi dia kemenangan. Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris pun, digunakan kata helped atau menolong, preserved atau menjaga, protected atau melindungi, bahkan made atau membuat. Dengan kata lain, mungkin tokoh atau faktor utama dalam kemenangan demi kemenangan Daud adalah Tuhan sendiri.
1 Tawarikh 18:6 (VMD), "Kemudian Daud membuat benteng di kota Damsyik di Aram. Orang Aram menjadi hamba Daud dan mereka membayar uang kepadanya. Jadi, TUHAN selalu memberikan kemenangan kepada Daud, ke mana pun dia pergi."
Lalu ia menempatkan sejumlah pasukan tentara pendudukan di Damsyik, ibu kota Aram. Bangsa Aram menjadi hamba Daud dan harus membayar upeti kepadanya. TUHAN memberikan kemenangan kepada Daud ke mana pun ia pergi berperang. (FAYH)
2 Samuel 8:14 (BIS), "Ia mendirikan perkemahan-perkemahan militer di seluruh Edom, dan orang-orang Edom itu takluk kepadanya. TUHAN memberikan kemenangan kepada Daud di mana pun ia berperang."
He placed army garrisons throughout Edom, and all the Edomites became David's subjects. This was another example of how the LORD made David victorious wherever he went. (NLT)
Ada bagian yang Tuhan kerjakan, ada bagian yang Daud kerjakan. Namun sayangnya, meski kemenangan demi kemenangan yang ia raih, Alkitab secara jujur menerangkan satu di antara sekian kekalahan ataupun kesalahan raja besar di Israel tersebut.
1 Tawarikh 20:1, "Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Yoab membawa keluar bala tentaranya, lalu ia memusnahkan negeri bani Amon, kemudian ia maju dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Yoab memukul kalah Raba dan meruntuhkannya."
Daud kalah perang terhadap dosa, kedagingannya.
Zona nyaman membuatnya bersantai sehingga terjatuh dalam dosa (2 Samuel 11:1-27). Karena itu, hati-hati dengan sikap enggan ataupun kondisi rasa nyaman terus-menerus. Bersyukurlah apabila kita masih dipercaya maupun dipakai oleh Tuhan sebagai alat-Nya. Pelayanan juga adalah anugerah. Dan setiap hari pun sesungguhnya merupakan medan perang—melalui pikiran, mata, telinga, dan lainnya, serta musuh kita, Iblis berusaha menerobos semua itu supaya kita melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan.
Kekalahan dalam medan pertempuran mungkin sedikit lebih baik daripada hati nurani yang merasa sangat bersalah karena kalah dalam perang melawan dosa—meski tidak seorang pun yang lain mengetahuinya.
Amsal 16:27 (FAYH), "Tangan yang menganggur menjadi alat setan; bibir yang menganggur menjadi penyambung lidahnya."
An ungodly man digs up evil, and it is on his lips like a burning fire. (NKJV)
Idle hands are the devil's workshop; idle lips are his mouthpiece. (TLB)
Yesaya 64:6 (FAYH), "Kami semua telah menjadi seperti orang najis, (yang kena kusta) karena dosa-dosa kami. Segala kebenaran kami (yang sangat kami banggakan itu) hanya seperti kain yang buruk dan kotor. Kami menjadi seperti daun yang layu dan kering, lalu gugur. Segala dosa kami melenyapkan kami seperti angin menyapu daun-daun kering."
For we have all become like one who is unclean [ceremonially, like a leper], and all our righteousness (our best deeds of rightness and justice) is like filthy rags or a polluted garment; we all fade like a leaf, and our iniquities, like the wind, take us away [far from God's favor, hurrying us toward destruction]. (AMP)
We're all sin-infected, sin-contaminated. Our best efforts are grease-stained rags. We dry up like autumn leaves--sin-dried, we're blown off by the wind. (MSG)
~ FG