Ada salah satu kata yang familiar, tetapi mungkin kita tidak menyadarinya bahwa kata itu digunakan pertama kali dalam Perjanjian Lama, ketika Abraham hendak mempersembahkan Ishak anaknya yang terkasih sebagai korban bakaran kepada Tuhan.
Kata ini pun yang diingatkan oleh Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo gembala pembina kita, selain menjaga perkataan maupun sikap rendah hati. Kata apakah itu?
'Sembahyang'.
Ya, sembahyang. Yang berarti beribadah, menyembah. Dalam bahasa Ibrani pun mengandung makna membungkuk sampai ke tanah (bersujud: to bow oneself close to the ground). Dalam bahasa Jawa Kuno ataupun Sansekerta, kata 'sembahyang' terdiri dari dua suku kata, yakni 'sembah' serta 'Hyang' (mahakuasa, mahamulia, sang pencipta).
Secara umum, menyembah adalah masuk dalam hadirat Tuhan, dan secara khusus sembahyang berarti taat kepada perintah Allah dalam segala hal.
Kejadian 22:5, "Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: 'Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.'"
Dia pun berkata kepada kedua budaknya, "Tinggallah di sini bersama keledai ini. Saya dan Isak akan pergi ke sana untuk menyembah TUHAN. Sesudah itu, kami akan kembali kepada kalian." (TSI)
Abraham told his two young servants, "Stay here with the donkey. The boy and I are going over there to worship; then we'll come back to you." (MSG)
Nah, sudahkah kita sungguh-sungguh mau taat pada perintah Tuhan? Sebab, salah satu kunci untuk mengalami mukjizat dari Tuhan juga adalah sembahyang.
"Perhatikanlah, adalah hikmat serta kewajiban kita, apabila hendak beribadah kepada Allah, untuk mengesampingkan segala macam pikiran ataupun kekhawatiran yang dapat mengalihkan kita dari ibadah kita. Kita harus meninggalkan semuanya itu di bawah bukit, agar dapat melayani Tuhan tanpa gangguan." ~ John Utley
~ FG