Beberapa hari yang lalu, kita mungkin telah mengenal lagu yang dinyanyikan oleh Jason Irwanto Chang dengan lirik berikut ini:
Di hadiratmu kusujud menyembah
Kucari wajah-Mu dan bukan berkat-Mu
Kau yang maha tahu dalamnya hatiku
Tiada yang lain seperti diri-Mu
Segenap hidupku kumengasihi-Mu
Yesusku kucinta pada-Mu
Bawaku mendekat pada-Mu
Tinggal di dalam hadirat-Mu
Hari-hari ini, kita diingatkan apakah berkat malah jadi "jerat", atau sesuatu yang menjauhkan kita dari Tuhan, dan tidak punya waktu lagi dengan Dia? Tiada dari kita yang kebal terhadap mengalami godaan tersebut.
Hamba Tuhan, almarhum Pdt. Dr. Abraham Lalamentik, pernah mengingatkan, salah satu ujian terbesar adalah apakah setelah berkhotbah maupun menolong orang lain, kita masih terus mengingat-ingat kebaikan kita sendiri ataupun ucapan terima kasih dari mereka, sehingga akan merasa sangat tidak dihargai ketika ada yang mengecewakan, lalu tidak mau lagi menolong orang lain dan berbuat baik dengan tulus.
Ingat, kita diberkati untuk menjadi saluran berkat. Semakin diberkati, makin kita semestinya bisa memberkati lebih banyak orang.
Nah, masihkah hati kita teringat kepada-Nya, serta tetap memberikan yang terbaik saat diberkati oleh Tuhan?
Mazmur 42:1-2 (FAYH), "SEBAGAIMANA rusa merindukan air, demikianlah aku merindukan Engkau, ya Allah. Aku haus akan Allah, Allah yang hidup. Di manakah aku dapat menemukan Dia agar aku dapat menghadap kepada-Nya?
Kepada pemimpin koor. Sebuah nyanyian dari anak-anak Korah. Seperti seekor rusa minum dari air sejuk, demikianlah juga jiwaku haus akan Engkau, ya Allahku. Jiwaku haus akan Allah yang hidup. Kapan aku dapat bertemu dengan Dia? (VMD)
For the leader: a maskil: for the Korahites. AS A hind longs for the running streams, so I long for you, my God. I thirst for God, the living God; when shall I come to appear in his presence? (REB)
~ FG