Kita mungkin sering kali ingin meletakkan berbagai masalah di tangan kita sendiri. Padahal, kita mengaku percaya akan Allah, bahwa Ia sanggup menolong, namun sepertinya malah memperlihatkan hal yang sebaliknya. Belakangan ini pun itulah yang saya lakukan apabila menjumpai masalah-masalah, baik yang sepele maupun lumayan besar, ingin supaya lekas selesai ataupun memikirkan dan memakai cara-cara saya sendiri.
Bukannya tidak boleh berpikir ataupun berusaha ekstra, sebab beriman bukan berarti mengabaikan ataupun menyangkali realitas, melainkan lebih pada apa pun yang terjadi, tidak akan melemahkan iman maupun semangat kita dalam berjalan bersama Tuhan. Meski apa yang kita rencanakan mungkin tidak sesuai apa yang kita harap atau angankan, namun kita tetap percaya Allah mengetahui yang lebih baik bagi kita.
Elisabeth Elliot pernah mengatakan, "Ajari kami, ya Tuhan, untuk menerima apa pun yang kami hadapi, dengan hati yang penuh dengan damai, serta percaya teguh bahwa kehendak-Mulah yang terbaik" (Teach me to treat all that comes to me with peace of soul and with firm conviction that Your will governs all).
Nah, saat sekiranya ada hal yang terjadi di luar kendali maupun kehendak kita, maukah belajar percaya serta bersandar pada pertolongan, hikmat, dan tuntunan Allah?
Sebab, amarah pun biasanya merupakan rasa takut yang berjubahkan kekhawatiran.
Yakobus 3:11 AMD, "Apakah sebuah mata air dapat mengeluarkan air yang segar dan air yang pahit pada saat yang sama? Tentu saja tidak."
Can clean water and dirty water both flow from the same spring? (CEV)
A spring doesn't gush fresh water one day and brackish the next, does it? (MSG)
"A cup brimful of sweetness cannot spill even one drop of bitter water, no matter how suddenly jarred" (Cangkir yang berisikan segelas penuh air yang manis sesungguhnya takkan meneteskan air yang pahit meski betapa pun digoncangkan). ~ Amy Carmichael
~ FG