Terkadang, mungkin kita merasa sukar sekali mengakui kesalahan yang kita perbuat. Apa pun itu bentuknya. Bahkan, yang lebih keblinger atau keliru lagi ialah saling menyalahkan, maupun mulai mencari "kambing hitam", bisa keadaan, seseorang, dan lainnya.
Apakah Saudara serta saya termasuk orang-orang yang mau mengambil tanggung jawab, mengakui kesalahan ('own up to your mistakes'), dan memberi respons yang lebih baik? Meskipun latar belakang atau pengalaman masa lalu dapat saja mempengaruhi atau memiliki dampak terhadap perilaku ataupun pribadi kita, namun sebaiknya kita tidaklah menyalah-nyalahkan ('to play the blame game').
Jangan seperti Adam dan Hawa yang pernah saling menyalahkan dan mencari siapa yang dipersalahkan.
Kejadian 3:11-13, "Firman-Nya: 'Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?' Manusia itu menjawab: 'Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.' Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: 'Apakah yang telah kauperbuat ini?' Jawab perempuan itu: 'Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.'"
"Siapa yang memberitahukan bahwa engkau telanjang?" firman TUHAN Allah. "Apakah engkau telah memakan buah pohon yang telah Kularang itu?" "Benar," sahut Adam, "tetapi perempuan yang Kauberikan kepadaku itulah yang telah membawa buah itu kepadaku, maka aku memakannya." Lalu TUHAN Allah menanyai perempuan itu, "Mengapa engkau sampai berbuat demikian?" Perempuan itu menjawab, "Ular itu menipu aku sehingga aku makan buah itu." (FAYH)
And He said, Who told you that you were naked? Have you eaten of the tree of which I commanded you that you should not eat? And the man said, The woman whom You gave to be with me--she gave me [fruit] from the tree, and I ate. And the Lord God said to the woman, What is this you have done? And the woman said, The serpent beguiled (cheated, outwitted, and deceived) me, and I ate. (AMP)
Kita tahu kini, ketika ada godaan untuk menghindari tanggung jawab dan malah saling menyalahkan, pilihlah untuk memiliki sikap hati atau respons yang lebih tepat.
"The greatest day in your life and mine is when we take total responsibility for our attitudes. That's the day we truly grow up" (Hari terbaik dalam hidup kita ialah saat mulai sungguh-sungguh menyadari tanggung jawab besar terhadap sikap-sikap maupun pilihan-pilihan yang kita buat. Ketika mau seperti itu, sesungguhnya kita telah benar-benar dewasa dan bertumbuh secara rohani). ~ John C. Maxwell
~ FG