Beberapa hari ini, kita telah sama-sama merenungkan serta belajar tentang rumah tangga.
Dua hari yang lalu mengenai kasih, kemudian kemarin soal kepemimpinan rohani. Hari ini, masih sedikit lagi terkait perihal keluarga atau rumah tangga.
Seorang hamba Tuhan, Rusty Peterman, pernah mengajukan sejumlah poin yang patut kita simak maupun coba menjawab, yang saya yakin semakin mendalam kita merenungkannya, mungkin akan menjadi teguran secara langsung bagi kita. Beliau mengajak, khususnya bagi para suami, untuk merenungkan kasih yang mereka miliki untuk istri mereka masing-masing.
Lalu, menilai secara jujur, antara 1 sampai 10 untuk setiap pernyataan, dengan angka satu artinya sangat lemah dalam mengasihi, serta nilai sepuluh berarti sangat kuat bila tiba pada hal mengasihi istri:
"Aku tidak pernah meninggalkan istriku."
"Aku lebih memperdulikan istriku daripada diriku sendiri."
"Aku tidak pernah mengharap lebih banyak darinya daripada apa yang sanggup dia berikan."
"Aku tidak pernah menuntut untuk menjadi 'bos' di dalam rumah tanggaku."
"Harga diriku tidak pernah menimbulkan persoalan di dalam pernikahan kami."
"Aku tidak pernah memaksa dia untuk melakukan segala hal harus sesuai dengan caraku."
"Aku tidak pernah meminta dia untuk 'utamakan aku.'"
"Aku tidak pernah marah besar terhadap dia."
"Aku tidak pernah menghitung-hitung kesalahannya."
"Aku memaafkan bila dia berbuat salah."
"Aku sangat senang melihat dia bertumbuh secara rohani."
"Aku akan bersabar terhadap dia dalam hal apa saja."
"Aku akan mengikuti rencana Allah bagi hidupnya."
"Aku akan selalu memikirkan yang terbaik tentang dirinya."
"Aku tidak akan pernah menyesali komitmen yang kubuat untuk dia."
"Aku akan menjaga komitmenku untuk membantu dia menjadi wanita yang Allah kehendaki."
"Cintaku untuk dia tidak akan pernah mati."
Memang tidak ada pasangan, suami atau istri, maupun keluarga yang benar-benar sempurna, namun semoga lewat renungan hari ini, kita diingatkan kembali serta kiranya Allah menolong, menguatkan, serta memampukan kita supaya memberikan yang terbaik dari diri kita—termasuk dalam hal mengasihi.
Efesus 5:33 (BIMK), "Tetapi ayat tersebut ada hubungannya juga dengan kalian: Hendaklah setiap suami mengasihi istrinya seperti ia mengasihi dirinya sendiri dan hendaklah setiap istri berusaha untuk menghormati suaminya."
However, let each man of you [without exception] love his wife as [being in a sense] his very own self; and let the wife see that she respects {and} reverences her husband [that she notices him, regards him, honors him, prefers him, venerates, and esteems him; and that she defers to him, praises him, and loves and admires him exceedingly]. (AMP)
And this provides a good picture of how each husband is to treat his wife, loving himself in loving her, and how each wife is to honor her husband. (MSG)
1 Petrus 3:7 (BIMK), "Dan kalian juga, suami-suami, hendaklah hidup dengan penuh pengertian terhadap istrimu, dan dengan kesadaran bahwa mereka adalah kaum yang lemah. Perlakukanlah mereka dengan hormat, sebab mereka bersama-sama dengan kalian, akan menerima anugerah hidup yang sejati dari Allah. Lakukanlah ini, supaya tidak ada yang menghalangi doamu."
Kepada para suami, hendaklah kalian masing-masing juga hidup baik dengan istrimu dan menyadari bahwa secara jasmani perempuan lebih lemah daripada laki-laki. Kamu harus menghormati istrimu, mengingat bahwa dia— atas kebaikan hati Allah— juga mewarisi hidup yang kekal. Kalau kamu tidak menghormati istrimu, maka doa-doamu tidak akan dijawab Allah. (TSI)
In the same way you married men should live considerately with [your wives], with an intelligent recognition [of the marriage relation], honoring the woman as [physically] the weaker, but [realizing that you] are joint heirs of the grace (God's unmerited favor) of life, in order that your prayers may not be hindered and cut off. [Otherwise you cannot pray effectively.] (AMP)
~ FG