Banyak hal yang dapat mencoba mencuri sukacita kita, atau berupaya mengalihkannya pada persungutan ataupun mengeluh.
Perselisihan maupun kesalahpahaman dengan teman, masalah di tempat kerja serta pelayanan, pergumulan dalam rumah tangga dan dengan saudara, sakit gigi, bahkan hal-hal sepele yang kita biarkan mengambil alih sukacita kita.
Apa yang akan kita lakukan, apakah membiarkannya saja, ataukah mau mengatasinya dan tetap bersukacita?
Mungkin seperti halnya damai sejahtera, maka sukacita bukanlah berarti tidak adanya masalah maupun beban kehidupan, melainkan sekalipun semua itu masih ada, kita dapat tetap memilih.
Jika pilih sukacita diambil alih, kita akan menjadi bersungut-sungut, kecewa, ataupun bersedih hati serta patah semangat.
Kalau memutuskan agar tetap bersukacita—di dalam Tuhan—berbagai hal yang tidak atau kurang berjalan dengan baik tersebut tidak akan menentukan suasana hati, raut wajah, maupun sikap dan pembawaan kita sepanjang hari.
Mazmur 44:8, "Karena Allah kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya. Sela."
Aku selalu bermegah dalam Allah. Tidak putus-putusnya aku bersyukur kepada-Mu. (FAYH)
In God we have made our boast all the day long, and we will give thanks to Your name forever. Selah [pause, and calmly think of that]! (AMP)
Ajar kami Tuhan, menghitung hari hari
Agar kami beroleh hati bijaksana
Ajar kami Bapa, hidup dalam jalan-Mu
Agar semua rencana-Mu digenapi
Mulialah nama-Mu Tuhan dan ajaib jalan-Mu
Pimpin kami di setiap waktu
Besar setia-Mu Tuhan, agunglah karya-Mu
Yesus kami bersyukur pada-Mu
~ Robert & Lea
~ FG