Ketika orang-orang Israel terpukul kalah melawan orang Filistin, mereka kabur, dan beberapa di antara mereka terpaksa ada yang lari bersembunyi ke dalam gua-gua, celah-celah tebing gunung yang terjal, di pekuburan, perigi, dan lainnya—di manapun asalkan dapat melakukan persembunyian.
1 Samuel 13:5-6, "Adapun orang Filistin telah berkumpul untuk berperang melawan orang Israel. Dengan tiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut mereka bergerak maju dan berkemah di Mikhmas, di sebelah timur Bet-Awen. Ketika dilihat orang-orang Israel, bahwa mereka terjepit--sebab rakyat memang terdesak--maka larilah rakyat bersembunyi di gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi."
Ada satu kata yang menarik perhatian saya, mungkin juga Saudara. Kata apa itu? Perigi.
Mungkin di antara kita ada yang sudah mengerti artinya, namun bagi Saudara yang sekiranya baru pertama kali atau sekilas membacanya, perigi merupakan sumur—entah itu sumur-sumur yang kering ataupun terowongan-terowongan bawah tanah. Entah bagaimana rasanya berada di dalam "ruang" yang mungkin gelap seperti itu. Kalau pernah menyaksikan film dokumenter tentang 13 anak yang terjebak di gua Tham Luang, Thailand, kita pasti sadar betapa mencekamnya suasana itu. Apalagi bila tidak bisa keluar karena jalan kembali ke permukaannya tertutup.
Ada makna rohani dari ayat bacaan kita hari ini, terutama mengenai perigi.
Matthew Henry menuturkan, daripada menyerahkan nyawa ke tangan orang-orang Filistin, pasukan Israel lebih memilih "mengubur diri hidup-hidup" dalam gua-gua ataupun tempat bersembunyi lainnya. Mirip terhadap implikasi atau dampak dosa. Dosa membawa manusia pada bahaya, merampas keberanian mereka, serta membuat berkecil hati, seperti bersembunyi masuk perigi. Dan rasa bersalah membuat seseorang menjadi pengecut.
Karena itu, semoga kita tidak mau selalu menyerah pada godaan dosa.
Roma 15:4 (TSI), "Segala sesuatu yang tertulis di dalam Kitab Suci memang merupakan ajaran bagi kita. Dan semua ajaran itu diberikan untuk menjadikan kita tabah dan kuat, sehingga kita terus berharap kepada Allah yang adalah Penolong kita. Dialah sumber kesabaran dan kekuatan bagi kita. Saya berdoa supaya Allah menolong kalian semua untuk hidup rukun, seperti kehendak Kristus Yesus."
Even if it was written in Scripture long ago, you can be sure it's written for us. God wants the combination of his steady, constant calling and warm, personal counsel in Scripture to come to characterize us, keeping us alert for whatever he will do next. (MSG)
"But I do trust for spiritual thing—'Everything is an affair of the spirit'" (Sesungguhnya, seluruh perkara dalam hidup kita dapat saja merupakan atau menyangkut hal-hal spiritual). ~ C. S. Lewis
~ FG