Ada perbedaan yang mencolok antara raja Saul dan Daud—yang akhirnya juga diangkat menjadi raja oleh Tuhan.
1 Samuel 13:13-14 (TSI), "Lalu Samuel berkata kepada Saul, 'Kamu sudah bertindak sangat bodoh dengan tidak taat kepada TUHAN, Allahmu! Sesungguhnya, apabila kamu taat kepada perintah-Nya itu, TUHAN sudah berencana untuk menegakkan kerajaanmu atas Israel untuk selamanya! Tetapi sekarang, kerajaanmu tidak akan bertahan. Oleh karena itu, TUHAN sudah memilih seorang yang memiliki hati sesuai keinginan-Nya, dan menetapkan orang itu untuk menjadi raja atas umat-Nya, karena kamu tidak taat kepada perintah yang TUHAN berikan kepadamu.'"
Samuel berkata kepada Saul, "Perbuatanmu itu bodoh sekali. Engkau telah melanggar perintah TUHAN, Allahmu. Ia bermaksud menjadikan engkau serta keturunanmu raja Israel untuk selama-lamanya, tetapi sekarang kedudukanmu sebagai raja akan berakhir karena TUHAN menghendaki orang yang mau menaati Dia. TUHAN telah menemukan orang yang dikehendaki-Nya dan telah menunjuk dia untuk menjadi raja atas Israel, karena engkau tidak menaati perintah TUHAN." (FAYH)
And Samuel said to Saul, You have done a foolish thing: you have not kept the rules which the Lord your God gave you; it was the purpose of the Lord to make your authority over Israel safe for ever. But now, your authority will not go on: the Lord, searching for a man who is pleasing to him in every way, has given him the place of ruler over his people, because you have not done what the Lord gave you orders to do. (BBE)
Meski mereka sama-sama tidaklah sempurna dan pernah berbuat dosa besar, namun Daudlah yang dipilih oleh-Nya untuk menggantikan posisi Saul, karena Daud mau menjadi seorang yang berkenan di hati Tuhan. Mengapa? Meskipun Daud pernah gagal, ia mau bertobat.
Daud pun selalu memiliki kerinduan untuk menaati serta melakukan kehendak Allah, sementara itu Saul memiliki hati yang degil dan suka memberontak terhadap Dia.
Bagaimana dengan kita?
Apakah sampai saat ini masih memiliki serta cenderung mengarah pada hati yang suka memberontak?
Hati yang memberontak terhadap Allah menyebabkan ketidaksabaran, rasa takut maupun bersalah, ketidakmampuan untuk bernalar secara benar, dan berpikir tenang serta jernih.
Allah pun tidak akan bekerja secara maksimal dalam hati seseorang yang tidak mau tunduk pada-Nya. Tentu kita mengingat, 99 persen ketaatan adalah masih ketidaktaatan. Ketaatan yang tidak sepenuhnya merupakan pembangkangan yang sepenuhnya. Dan bidang apa pun dalam hidup kita yang gagal kita serahkan kepada-Nya dapat menjadi sebuah pemberontakan terhadap Dia.
Yesus namaMu indah, Kau kekasih hatiku, Kau dambaan jiwaku
Yesus kucinta padaMu, Selalu dekat padaMu, Itu kerinduanku
Yang kumau hanya menyenangkanMu, Biarlah seluruh hidupku, Berkenan kepadaMu
Bukan emas perak bahkan permata, Namun Kau segalanya, Yang terbaik di dalam hidupku
~ Herlin Pirena
~ FG