Ada satu buah ayat yang menjadi rhema untuk hidup saya akhir-akhir ini.
Yakobus 1:19-20, "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah."
Karena itu, Saudara-saudari yang saya kasihi, hendaklah kamu semua membiasakan diri untuk menjadi pendengar yang baik. Jangan buru-buru bicara, dan jangan cepat marah. Jika kamu bertindak dalam keadaan marah, tindakanmu pasti tidak sesuai dengan kehendak Allah. (TSI)
Understand [this], my beloved brethren. Let every man be quick to hear [a ready listener], slow to speak, slow to take offense and to get angry. For man's anger does not promote the righteousness God [wishes and requires]. (AMP)
Masalah yang sangat biasa terjadi adalah ketika seseorang marah, dia akan butuh tempat pelampiasan untuk amarahnya. Masalah juga mungkin bisa terjadi ketika kita ingin memperkatakan, menuangkan asumsi kita terhadap orang lain.
Masalah pun mungkin akan muncul ketika kita bicara lepas, apa adanya, yang langsung keluar dari hati dan pikiran kita, misalnya terhadap teman-teman atau orang-orang terdekat, seperti istri, suami, dan keluarga.
Nah, masalah yang sebenarnya justru dapat timbul atau makin besar kalau yang mendengar curhat ataupun perkataan kita akan bercerita kembali ke orang lain sampai menyebar, bahkan sampai kembali ke telinga yang pembicara awal atau pertama. Apalagi, kita tahu memang biasanya jika seseorang ada membicarakan orang lain kepada kita, maka ia pun akan berbicara tentang kita pada orang lainnya.
Hasilnya, suasana bisa jadi heboh, ataupun masalah semakin ruwet serta menambah keributan. Seperti yang viral baru-baru ini, seorang YouTuber atau 'influencer' yang mengatakan sesuatu tentang seorang bapak dari provinsi lain sebagai tidak jujur, padahal satu kejadian atau anggapan belumlah tentu menyatakan kebenaran.
Namun, hari ini firman Tuhan mengingatkan kita untuk mau belajar menjadi pendengar yang baik, bersabar terhadap gosip, berhikmat saat menyampaikan kata-kata, serta berusaha mengerti dan memahami keadaan atau posisi orang lain. Itulah sebabnya, Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga, dan hanya satu mulut atau lidah.
Memang tidak mudah, butuh pengendalian diri maupun kerendahan hati. Tetapi, bersama pertolongan Tuhan, dan bergandengan tangan atau mau bekerja sama dengan Roh Kudus, kita pasti bisa.
~ Norita, Gembala COOL WOI 8