Apakah sesungguhnya syarat untuk menjadi bahagia—mengalami kebahagiaan yang sejati? Apakah harus terlebih dulu memiliki materi dengan jumlah-jumlah tertentu? Apakah tiada lain hanya melalui hal-hal yang menyenangkan diri kita?
Sesuai firman-Nya, kita akan berbahagia apabila mau mendengarkan suara-Nya serta menaati Dia. Dengan begitu, kita akan diberkati, diurapi, dilindungi, dikasihi, dan dituntun oleh-Nya, apa pun yang terjadi.
Yeremia 7:22-23 (FAYH), "Bukan persembahan dan kurban bakaran yang Kuingini dari nenek moyangmu, ketika Aku menuntun mereka keluar dari Mesir. Bukan itu tujuan perintah-Ku. Tetapi yang Kukatakan kepada mereka ialah: Taatilah Aku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku. Lakukanlah apa yang Kukatakan, maka segala sesuatu akan menjadi baik dan beres!"
Ketika Aku membawa leluhurmu keluar dari Mesir, Aku tidak memberi mereka peraturan mengenai kurban bakaran atau kurban-kurban lainnya. Aku hanya memerintahkan mereka untuk mentaati Aku supaya Aku menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat-Ku. Aku menyuruh mereka hidup menurut perintah-perintah-Ku supaya mereka bahagia. (BIS)
Sebab Aku tidak berfirman kepada leluhurmu, ataupun memberi perintah kepada mereka pada waktu Aku membawa mereka keluar dari tanah Mesir, mengenai perkara-perkara persembahan bakaran maupun kurban. Namun hanya perkataan ini yang telah Aku perintahkan kepada mereka dengan mengatakan, "Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu bagimu, dan kamu akan menjadi umat bagi-Ku. Dan kamu akan berjalan di segala jalan yang akan Aku perintahkan kepadamu, sehingga hal itu menjadi baik bagimu." (MILT)
Menurut Ps. Rick Warren pun, Tuhan sesungguhnya sangat ingin memberkati kita, namun masalahnya masih banyak orang yang malah mengambil pilihan-pilihan yang tampaknya tidak ingin diberkati oleh Dia. ("God wants to bless your life! The problem is that people don't always choose to live in the ways that God can bless.")
Selain itu, menurut catatan Full Life, menaati firman dengan segenap hati itu lebih baik ketimbang suatu bentuk penyembahan, pelayanan, ataupun bahkan pengurbanan pribadi. Sebab penyembahan, doa, puji-pujian, karunia-karunia rohani, dan pelayanan kepada-Nya tidaklah berharga dalam pandangan-Nya jika tidak disertai ketaatan yang tegas kepada Allah serta kebenaran-Nya.
Bagaimanakah dengan kita sekarang-sekarang ini?
Apakah kita juga masih tidak menaati Dia, hidup dalam ketidakbenaran, memberontak, dan belum belajar ataupun sadar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat?
Mari, jangan sampai terlambat selama Allah masih memberi kesempatan untuk kita bertobat dari jalan atau cara hidup yang jahat.
1 Samuel 15:22 (VMD), "Samuel menjawab, 'Yang mana lebih berkenan kepada TUHAN: kurban bakaran dan persembahankah atau menaati perintah TUHAN? Lebih baik menaati-Nya daripada memberikan persembahan kepada-Nya. Lebih baik mendengarkan kata-kata-Nya daripada mempersembahkan lemak domba jantan.'"
Samuel menjawab, "Apakah TUHAN senang akan kurban bakaran dan kurban sembelihanmu sama seperti akan ketaatanmu? Ketaatan jauh lebih baik daripada domba sembelihan. Ia lebih senang jika engkau mendengarkan Dia daripada jika engkau mempersembahkan lemak domba-domba jantan kepada-Nya." (FAYH)
Then Samuel said, Do you think all GOD wants are sacrifices--empty rituals just for show? He wants you to listen to him! Plain listening is the thing, not staging a lavish religious production. (MSG)
Yeremia 7:28 (BIS), "Jadi, katakanlah kepada mereka bahwa mereka adalah suatu bangsa yang tidak mau taat kepada Aku, TUHAN, Allah mereka. Mereka tidak mau belajar dari hukuman yang telah dirasakannya. Kesetiaan kepada-Ku sudah lenyap (GNB: Faithfulness is dead), malah tidak dibicarakan lagi."
Katakan kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau menaati TUHAN, Allahnya, dan tidak mau diajar (BBE: taken his teaching to heart). Mereka terus hidup dalam kebohongan. (FAYH)
Tell them, 'You are the nation that wouldn't obey GOD, that refused all discipline. Truth has disappeared. There's not a trace of it left in your mouths.' (MSG)
~ FG