Kita dapat belajar juga dari suatu hal yang kelihatannya sederhana maupun sepele, bukan?
Singkat cerita, saya berlangganan sebuah e-mail harian yang berisikan renungan dari luar negeri. Suatu hari, mereka mengirimkan sebuah renungan berjudul Reducng Gear yang mengingatkan tentang menanggalkan beban dosa.
Ibrani 12:1 (BIS), "Nah, mengenai kita sendiri, di sekeliling kita ada banyak sekali saksi! Sebab itu, marilah kita membuang semua yang memberatkan kita dan dosa yang terus melekat pada kita. Dan marilah kita dengan tekun menempuh perlombaan yang ada di depan kita."
Nah, sekarang saya mau menulis tentang kita sendiri. Kita seperti orang yang sedang berlomba. Kita dikelilingi banyak penonton. Beban yang ada pada kita menghalang-halangi kita untuk berlomba. Karena itu, kita harus membuang semua itu. Kita harus membuang dosa yang tidak mau lepas dari kita. Kita harus berlomba dengan tekun sambil melihat ke depan. (BSD)
Banyak orang beriman di sekeliling kita. Hidup mereka mengatakan kepada kita tentang arti iman, maka hendaklah kita seperti mereka. Marilah kita juga ikut bertanding dalam iman yang ada di hadapan kita dan jangan putus asa. Marilah kita menjauhkan semua hal yang dapat membuat kita berhenti. Dan marilah kita membuang dosa, yang dengan mudah menangkap kita. (VMD)
"Reducng Gear", ya kita membacanya dengan benar. Namun, jika kita teliti, ada satu huruf yang masih kurang pada judul bahasa Inggris tersebut. Seharusnya, Reducing Gear, atau ada huruf 'i' pada kata reducing (mengurangi, menanggalkan) itu. Kelihatan sepele, tetapi tiba-tiba Tuhan juga mengingatkan dalam hati saya tentang satu huruf tersebut, yang juga dapat berarti 'aku' dalam bahasa Indonesia apabila berdiri sendiri.
Setelah mengirimkan e-mail konfirmasi kepada sang penulisnya, dan beliau pun membalas mengucap terima kasih, saya pun yang malah berterima kasih karena hal kesalahan kecil kekurangan satu huruf itu juga mengingatkan saya supaya tidak lagi hidup untuk diri sendiri ('i'), melainkan bagi Dia, dan Tuhan yang hidup dalam kita.
Galatia 2:20 (TSI), "Sekarang secara rohani saya sudah disalibkan bersama Kristus. Itu berarti bukan lagi saya yang mengatur hidup saya, melainkan Kristus yang hidup dalam diri saya. Seluruh hidup yang saya jalani dalam tubuh duniawi ini hanyalah berdasarkan keyakinan penuh kepada Anak Allah, yang begitu mengasihi saya sampai rela menyerahkan diri-Nya untuk menebus saya."
I have been crucified with Christ [in Him I have shared His crucifixion]; it is no longer I who live, but Christ (the Messiah) lives in me; and the life I now live in the body I live by faith in (by adherence to and reliance on and complete trust in) the Son of God, Who loved me and gave Himself up for me. (AMP)
Christ's life showed me how, and enabled me to do it. I identified myself completely with him. Indeed, I have been crucified with Christ. My ego is no longer central. It is no longer important that I appear righteous before you or have your good opinion, and I am no longer driven to impress God. Christ lives in me. The life you see me living is not "mine," but it is lived by faith in the Son of God, who loved me and gave himself for me. (MSG)
~ FG