"Eli, Eli, lama sabakhtani?" kita tentu mengenal kata-kata seruan ini yang berarti 'Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku' dari Tuhan Yesus ketika di kayu salib.
Matius 27 : 46 (BIS), "Pukul tiga sore, Yesus berteriak dengan suara keras, 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' yang berarti, 'Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?'"
And about the ninth hour (three o'clock) Jesus cried with a loud voice, Eli, Eli, lama sabachthani?--that is, My God, My God, why have You abandoned Me [leaving Me helpless, forsaking and failing Me in My need]? (AMP)
Around mid-afternoon Jesus groaned out of the depths, crying loudly, ["Eli, Eli, lama sabachthani?"] which means, "My God, my God, why have you abandoned me?" (MSG)
Merasa tak berdaya. Sendirian. Tak ada jalan keluar ataupun yang menolong. Banyak hamba Tuhan dalam firman-Nya, ataupun mungkin kita sendiri juga, yang pernah merasakan ataupun mengalaminya. Saat ini bahkan.
Mother Teresa dalam jurnalnya juga pernah menulis …
"I call, I cling, I want, and there is no One to answer. Where I try to raise my thoughts to Heaven, there is such convicting emptiness that those very thoughts return like sharp knives & hurt my very soul. Love, the word, it brings nothing. I am told God loves me, and yet the reality of darkness & coldness & emptiness is so great that nothing touches my soul. The more I want Him, the less I am wanted. I want to love Him as He has not been loved, and yet there is that separation, that terrible emptiness, that feeling of absence of God."
Atau, baginya pun saat memanggil, mencari hadirat-Nya, beliau pun pernah merasakan tiada jawaban, bahkan merasa kesepian yang sangat mendalam sampai menusuk jiwanya. Namun, hal yang patut dihargai ialah kejujurannya di hadapan-Nya.
Jadi, orang-orang kudus-Nya maupun yang dekat dengan-Nya pun pasti pernah mengalami dilema merasa ditinggalkan ataupun jauh dari Tuhan, walau merasa sudah berbuat benar, ini serta itu.
Yeremia, nabi yang meratap (Yer 8 : 18 – 22). Elia depresi (1 Raj 19 : 4). Yesus mengeluarkan tetes-tetes keringat darah (hematohidrosis, Lukas 22 : 44). Paulus seperti orang yang dijatuhi hukuman mati (1 Korintus 4 : 9). Dan lainnya. Namun, mereka—serta semoga kita semua—tetap percaya, berserah, berharap, serta berpegang pada firman dan perintah-Nya. Sehingga, kehidupan mereka yang terbuka di hadapan Tuhan serta manusia, justru dapat menjadi kesaksian yang menguatkan iman serta apa adanya.
Galatia 3 : 4 (TSI), "Coba kalian ingat bahwa sesudah kalian percaya kepada Kristus, kalian juga mengalami penganiayaan. Jangan sampai kalian sia-siakan penderitaan kalian itu dengan berbalik dari percaya menjadi tidak percaya!"
Masakan kalian tidak berpikir betapa pentingnya semua yang sudah terjadi dalam hidup kalian itu! (BSD)
Did you go through this whole painful learning process for nothing? It is not yet a total loss, but it certainly will be if you keep this up! (MSG)
Bagaimana dengan kita hari-hari ini? Tetaplah percaya. Tetap berharap, berjuang dan bersemangat bersama-Nya.
"When the train goes through a tunnel and the world gets dark, do you jump out? Of course not. You sit still and trust the engineer to get you through" (Saat kereta yang kita tumpangi melintasi sebuah lorong gua yang begitu panjang serta gelap, akankah kita melompat keluar begitu saja dari kereta? Tentu tidak, melainkan kita tetap duduk dengan tenang serta menaruh percaya pada sang masinis yang akan membawa kita menyeberanginya). ~ Corrie ten Boom
~ FG