Tipis sekali bukan, garis pemisah antara rendah hati dengan rasa rendah diri ataupun menyombongkan diri? Sebab kadang kita melihat orang lain maupun diri kita rendah hati, tetapi mungkin tidak demikian.
Kadang mungkin kita pun merasa rendah hati itu harus selalu bersikap tidak menonjolkan diri atau memperlihatkan kemampuan, potensi serta pengalaman. Padahal, apakah sesungguhnya seperti itu? Sebab saat kita terus-menerus memendam talenta dan menolak menjadi berkat, bukankah itu sebenarnya berarti sombong?
Jika melihat Daud sebelum menjadi raja, saat prajurit-prajurit Israel takut menghadapi Goliat, justru Daud mengajukan diri untuk melawan musuh itu, dan menyatakan apa saja yang pernah dilakukannya.
1 Samuel 17 : 34 – 36, "Tetapi Daud berkata kepada Saul: 'Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.'"
Tentu, ia mengutarakan semuanya itu bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, melainkan agar menjadi pertimbangan raja Saul, sebab lewat tindakan jugalah perkataannya akan terbukti. Dan ia tidak lupa untuk tetap mengandalkan Allah, lebih daripada sekadar kemampuan ataupun pengalamannya sendiri.
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami." (1 Samuel 17 : 45 – 47)
Mungkin kerendahan hati terdalam Daud ialah ketika ia mau mengakui serta menyesali perbuatan dan dosanya saat nabi Natan menegurnya. Berbeda dengan kebanyakan orang akhir-akhir ini yang mungkin tetap mengeraskan hati, tidak mau mengakui, bahkan tetap hidup dalam keangkuhan dan tidak takut akan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Ingat, kerendahan hati pun merupakan proses yang panjang serta sampai akhir hidup kita nanti.
2 Samuel 12 : 13 (TSI), "Lalu berkatalah Daud kepada Natan, 'Saya sudah berbuat dosa terhadap TUHAN!' Jawab Natan kepadanya, 'Benar, tetapi TUHAN sudah mengampuni dosamu itu. Engkau tidak akan dihukum mati.'"
Then David confessed to Nathan, "I've sinned against GOD." Nathan pronounced, "Yes, but that's not the last word. GOD forgives your sin. You won't die for it. (MSG)
David said, "I have disobeyed the LORD." "Yes, you have!" Nathan answered. "You showed you didn't care what the LORD wanted. He has forgiven you, and you won't die. But your newborn son will." (CEV)
"Humility is not thinking less of yourself, it is thinking of yourself less" (terj. bebas: Sekalipun posisi kita meninggi, tetapi kiranya hati kita tidak ikut-ikutan meninggi). ~ Ps. Rick Warren
~ FG