Di hari Minggu yang lalu, ketika Ibu Ev. Indri Pardede men-sharingkan firman Tuhan, beliau sempat memakai beberapa alat peraga, dan salah satunya ialah sebuah lampu darurat atau emergency. Namun, ketika beliau hendak menggunakannya, alat tersebut sepertinya error atau rusak, karena telah digunakan sejak pagi, mungkin juga karena habis daya baterainya.
Namun, ada satu kalimat yang beliau utarakan yang menyentak maupun menyentuh hati saya, mungkin juga ada di antara jemaat yang hadir lainnya. Yaitu: "Tidak apa-apalah, saya akan tetap menggunakannya, meskipun rusak." Beliau pun lalu menjelaskan, betapa sering kita hanya mencari serta membutuhkan Tuhan di saat-saat darurat, seperti memakai lampu tersebut di saat-saat darurat saja atau mati lampu.
Bagaimana dengan keadaan kita saat ini? Apakah ingin menyerah begitu saja, sedang mengalami banyak masalah, bahkan masih terjatuh dalam kegagalan?
Memang mungkin tidaklah mudah untuk tetap bersemangat, bersyukur, ataupun sekadar tersenyum saat berada di tengah keadaan yang membuat kita merasa kalah dalam tantangan ataupun ujian kehidupan. Namun, respons kita saat ada masalah maupun pergumulan akan memunculkan karakter kita yang sesungguhnya.
Tiap saat kita rasanya ingin menyerah, tetaplah berharap pada Tuhan. Tetaplah mengikut Dia, sekalipun hidup kita tampaknya mengalami kekalahan ataupun kegagalan. Jika sebuah lampu darurat saja masih dapat berguna sebagai alat peraga sekalipun sedang rusak, terlebih pasti masih ada harapan serta tujuan bagi hidup kita apabila tidak menyerah. Ps. Craig Groeschel pernah berkata, "Life with no purpose is time without meaning" (Hidup yang terjalani tanpa tujuan ialah waktu-waktu yang terjalani tanpa arti).
Ratapan 3 : 31 – 33 (AVB), "Tetapi inilah yang kuperhatikan, lantas kuperoleh harapan: Kerana kasih setia TUHAN tidak pernah lenyap, belas kasihan-Nya tidak akan pudar. Semuanya baru setiap pagi. Besarnya kesetiaan-Mu!"
Tetapi akhirnya aku memikirkan hal itu, dan aku mempunyai pengharapan: Kita masih hidup karena kasih setia TUHAN tidak pernah berakhir. Setiap pagi Ia menunjukkannya dalam cara baru. Engkau sangat benar dan setia. (VMD)
But there's one other thing I remember, and remembering, I keep a grip on hope: GOD's loyal love couldn't have run out, his merciful love couldn't have dried up. They're created new every morning. How great your faithfulness! (MSG)
Catatan Full Life pun pernah mengingatkan, Yeremia ingin agar Israel ataupun Yehuda tahu bahwa masih ada harapan. Mereka masih dapat berharap karena alasan-alasan berikut ini, yaitu amarah-Nya hanya berlangsung untuk sesaat, tetapi kasih-Nya yang besar tidak pernah berakhir. Allah tidak menolak Yehuda selaku umat perjanjian-Nya dan Dia masih mempunyai rencana bagi mereka. Allah itu baik dan pemurah kepada mereka yang menantikan Dia dalam kerendahan hati serta penyesalan. Ia pun ingin menyatakan belas kasihan-Nya sekalipun dalam pendisiplinan-Nya.
"God would rather us walk with an occasional limp than a continual strut" (terj. bebas: Jadilah seperti Yakub hamba-Nya yang tetap berjalan bersama-Nya sekalipun masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan, daripada menjadi seperti raja Saul ataupun Yudas Iskariot yang tampaknya rohani, mengasihi, dan melayani, namun ternyata hanyalah tampilan luar). ~ Max Lucado
~ FG